Share

Ulama NU & Afghanistan Rumuskan Resolusi Konflik

Ray Jordan , Okezone · Senin 18 Juli 2011 12:27 WIB
https: img.okezone.com content 2011 07 18 337 481055 lU1AM2WzBh.jpg Ilustrasi (Foto: Dok Okezone)
A A A

JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memfasilitasi pertemuan antar-ulama Afghanistan dari berbagai aliran untuk merumuskan penyelesaikan konflik di negara kaukasus itu.

"Ini pertemuan NU dengan tokoh ulama Afghanistan untuk membicarakan masalah perdamaian di Afghanistan,” ujar Adnan Anwar, koordinator acara di Jakarta, Senin (18/7/2011).

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Pertemuan tersebut berlangsung secara tertutup di Ruang Sumba, Hotel Borobudur, Jakarta Pusat. Kegiatan ini masih merupakan rangkaian acara peringatan hari lahir NU ke-85. "Acara berlangsung tertutup karena acaranya sangat protokoler,” ungkap Adnan.

Tampak beberapa ulama NU seperti KH Achmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus, para pengurus NU lainnya, serta para perwakilan dari negara asing sudah masuk ke lokasi pertemuan.

Peran organisasi keagamaan di Indonesia dalam memfasilitasi perdamaian cukup diakui di dunia internasional. Terutama di negara-negara Islam. Komunitas internasional menganggap Indonesia sebagai negara yang sukses mengelola perdamaian, meski terdiri dari beragam suku, agama, dan ras.

Penduduk Afghanistan mayoritas beragama Islam. Negara dengan keadaan geografis berupa pegunungan dan gurun pasir itu mencerminkan komposisi etnis, budaya, dan bahasa. Populasinya pun terbagi menjadi beberapa kelompok etnis, Pashtun adalah etnis terbesar, bersama dengan Tajik, Hazara, Aimak, Uzbek, Turkmen, dan kelompok kecil lainnya.

Konflik di Afghanistan telah terjadi selama hampir tiga dekade. Perang saudara terus berlanjut setelah Uni Soviet mundur dari Afganistan pada 20 Juli 1987. Rezim-rezim yang berkuasa selalu disibukkan dengan sejumlah pemberontakan. Sejarah mencatat perang saudara di Afghanistan terjadi mulai 1989-1992.

Rezim Najibullah, meski gagal memperoleh bantuan, wilayah, atau pengakuan internasional, tetap berkuasa hingga tahun 1992. Keamanan di Afghanistan sebenarnya sudah memburuk sejak terjadi konflik politik setelah Uni Soviet hengkang dari negara itu.

Ditambah, operasi militer AS memburu Osama bin Laden dan kelompok Al Qaeda sejak 2001. Selain Al Qaeda, AS juga membidik Taliban, kelompok tentara pelajar yang dianggap sebagai kaki tangan Al Qaeda di Pakistan dan Afghanistan.

Organisasi Taliban kembali menguat secara militer pada 2006. Operasi militer dan serangan-serangan Taliban membuat sulit banyak orang untuk bekerja secara bebas. Bahkan Taliban dituding memaksa penduduk di daerah-daerah terpencil pegunungan dan perbatasan untuk bergabung dengan iming-iming penghasilan.

(ful)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini