JAKARTA - Kompetensi para pelajar di masing-masing daerah tentu berbeda. Hal ini pula yang kerap kali menimbulkan kontroversi Ujian Nasional (UN) yang memberlakukan standar soal yang sama untuk di tiap daerah baik ibu kota maupun daerah terpencil.
Sejumlah pemikiran pun berkembang. Hendaknya, soal yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa di tiap daerah. Menanggapi hal tersebut Kabalitbang Khairil Anwar menyatakan, tidak keberatan terhadap pemikiran itu.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
"Itu kan salah satu cara pandang. Saya mengerti bahwa pemikiran tersebut lebih realistis mengingat kemampuan siswa yang berbeda di tiap daerah," kata Khairil kepada okezone di kantornya di komplek Kemendikbud Senayan, Jakarta Selatan, Senin (5/3/2012).
Meski tidak keberatan, Khairil menyebutkan, terdapat kelemahan dalam cara pandang tersebut. "Pertama, para siswa akan merasa dianggap bodoh. Mereka akan bertanya-tanya mengapa diberikan soal yang lebih mudah dibandingkan teman di daerah lain. Bahkan, bukan tidak mungkin mereka akan merasa minder dalam pergaulan," ujarnya menjelaskan.
Menurut Mantan Dekan Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, kelemahan kedua dengan membedakan soal terletak pada perbedaan ijazah.
"Hasil ujian berupa ijazah atau sertifikat yang dikeluarkan secara nasional. Apa mereka rela pada ijazah tertera lulus dengan kualifikasi soal mudah dibandingkan dengan temannya yang lulus dengan kualifikasi soal susah?" tuturnya.
(rfa)