Share

Lady Gaga, Riwayatmu Kini

Senin 28 Mei 2012 11:47 WIB
https: img.okezone.com content 2012 05 28 367 636662 F2Vg3f2r7d.jpg Rizka Amalia Shofa (dok. pribadi)
A A A

LADY GAGA adalah seorang penyanyi yang sudah tidak diragukan lagi eksistensinya.  Sosoknya yang kontroversial sering menjadi perbincangan dan perdebatan masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Terlebih ketika dia akan melaksanakan konser di Indonesia. Permasalahan yang diperdebatkan adalah penampilannya yang dianggap tidak sesuai dengan nilai ketimuran, sehingga bukanlah sesuatu yang salah jika banyak pihak yang mempermasalahkan hal tersebut. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa harus kemudian ditolak untuk hadir di Indonesia dan diancam konsernya dibubarkan? Hanya itukah satu-satunya cara yang bisa ditempuh dalam menyikapi dan menghadapi permasalahan ini?

 

Melakukan dialog dengan pihak penyelenggara mungkin lebih baik. Tujuannya agar penampilan Lady Gaga bisa dibatasi sesuai dengan nilai dan budaya timur. Tidak menutup kemungkinan dia memakai pakaian yang tidak seekstrim biasanya. Namun yang terjadi sekarang adalah, pihak-pihak yang mempermasalahkan hal tersebut hanya komplain di hadapan media tanpa menunjukkan sikap untuk berdialog dengan pihak penyelenggara. Akibatnya terjadi kesimpangsiuran, pihak penyelenggara tidak mengerti dengan pasti apa alasan konkret ditolaknya Lady Gaga. Ketika penampilannya dianggap merusak moral dan memberi contoh yang tidak baik, perlu kita berpikir. Apalah arti kita menolak kedatangan Lady Gaga, namun kita belum bisa membentengi diri? Membentengi diri dari hal yang diburuk jelas lebih penting dan harus lebih diperhatikan daripada sekadar menolak datangnya Lady Gaga.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

 

Sebelum kita memutuskan untuk menolak Lady Gaga yang notabene berniat memberikan hiburan pada fansnya, ada baiknya kita perhatikan dan sikapi dengan tegas hal-hal buruk yang terjadi di Indonesia sendiri. Perbaikan yang baik adalah memulai perbaikan dari sendiri. Pertanyaannya adalah, jika kedatangan Lady Gaga dianggap merusak nilai dan budaya timur, sudahkah kita sebagai masyarakat timur menjaga dan mengembangkan nilai serta budaya timur dengan baik dan benar? Berani menolak artinya harus berani menunjukkan bahwa kita sudah berhasil melakukan perbaikan dari dalam diri kita sendiri. Masyarakat Indonesia rasanya sudah cukup dewasa untuk membedakan mana yang perlu dicontoh, dan mana yang tidak.

 

Jika dikaitkan dengan berpijak kepada demokrasi seutuhnya, tergantung arti “utuh” di sini dianggap seperti apa? Utuh yang sekadar bebas, atau bebas bertanggung jawab? Alangkah baik jika pemerintah sebagai kontrol memberi ruang masyarakat untuk bebas dan bertanggung jawab. Kalaupun konser Lady Gaga dibatalkan, apakah hal itu akan semata-mata mengarahkan masyarakat untuk tidak suka dan tidak akan menonton Lady Gaga? Tentu tidak. Para penggemarnya masih akan terus menyukai Lady Gaga, mengikuti perkembangan musik Lady Gaga dengan cara paling mudah, yaitu melalui media. Kita cukup menganalisis bagaimana selama ini penggemar Lady Gaga. Pernahkah melihat penggemar Lady Gaga yang kemudian bertindak merugikan diri sendiri dan orang lain, karena mengikuti dan menyukai Lady Gaga?

 

Jika ya, dan ada pihak-pihak yang merasa Lady Gaga membuat dilemma dalam mempertahankan nilai ketimuran, seharusnya bisa diantisipasi dengan melarang penayangan video klip, misalnya. Namun jika penggemar Lady Gaga tidak menunjukkan efek buruk, mengapa perlu ada penolakan? Artinya, masyarakat mencerminkan bahwa mereka mempertanggungjawabkan kebebasan mereka menyukai sesuatu. Penolakan konser Lady Gaga bukan cara terbaik jika memang Lady Gaga dianggap merusak nilai ketimuran. Masyarakat punya hak untuk mendapatkan hiburan, dan Lady Gaga berhak tampil sebagai seorang penyanyi yang ingin menghibur penggemarnya. Sebenarnya, makna sebuah lagu tergantung kepada pendengar. Tentu kita tidak asing dengan karya seni yang penuh keunikan serta menggunakan istilah-istilah unik dan menarik agar menarik minat masyarakat. Lady Gaga juga punya hak tersebut.

 

Sebagai negara demokrasi, masyarakat Indonesia punya hak untuk menikmati kegemaran mereka. Jika dikatakan bahwa karena Indonesia negara demokrasi maka ada hak pula untuk menolak, kita harus perhatikan etika penolakan tersebut. Jika penolakan disampaikan dengan cara kasar, bisakah hal tersebut tetap dikatakan demokratis? Jika ada pihak-pihak yang mengancam akan membubarkan konser Lady Gaga, bolehkah itu terjadi? Jika Lady Gaga dianggap mengkhawatirkan, bukankah etika penolakan yang seperti itu justru lebih mengkhawatirkan? Secara “langsung” cara tersebut mencerminkan bahwa pihak-pihak yang menolak hanya mengandalkan penolakan tanpa ada mediasi terlebih dahulu. Sebagai sebuah acara yang harus memiliki ijin dari aparat kepolisian, artinya acara tersebut juga punya hak untuk dilindungi. Dilindungi maksudnya adalah agar terhindar dari etika penolakan yang “langsung grebek” dan dikhawatirkan akan melukai banyak penonton.

 

Demokrasi jangan sampai dekat dengan kekerasan. Segala sesuatu harus tetap ada prosedurnya. Apapun alasannya, penolakan dengan cara pembubaran paksa sebuah acara merupakan sesuatu yang tidak boleh terjadi karena akan menimbulkan efek buruk bagi segala pihak. Bukankah jika pembubaran paksa itu terjadi kemungkinan akan ricuh lebih besar dan artinya pihak yang menolak melukai sesama masyarakat Indonesia? Banyak hal yang harus dipertimbangkan jika hendak melakukan pembubaran paksa. Selain itu, pembubaran paksa tersebut juga artinya menghalangi masyarakat untuk menerima hiburan. Perlu diingat, Lady Gaga adalah seorang penyanyi dan wajar bila dia ingin menghibur penggemarnya.  

 

Rizka Amalia Shofa

Anggota Magang LPM Pilar Demokrasi

Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta

(rfa)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini