Share

Pengembang Kecil Tak Takut dengan Pengembang Besar

Bramantyo , Okezone · Jum'at 10 Mei 2013 17:43 WIB
https: img.okezone.com content 2013 05 10 471 805155 nNtCsl7G6u.jpg Ilustrasi, Sumber: rumahku
A A A

SOLO - Pengembang perumahan bermodal kecil, siap menghadapi rencana ekspansi pengembang perumahan bermodal besar, seperti Ciputra maupun Agung Podomoro.

Ketua Real Estate Indonesia (REI) Solo, Jawa Tengah, Yulianto W Kusumo mengatakan keoptimisan pengembang lokal mampu bersaing dengan pengembang perumahaan bermodal besar disebabkan pengembang lokal lebih memahami medan dan karakter masyarakat lokal.

Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Sebaliknya, menurut Yulianto, pengembang perumahaan bermodal besar seperti halnya Ciputra maupun Agung Podomoro, akan berpikir dua kali untuk masuk ke wilayah Surakarta, Jawa Tengah.

"Kalaupun harus berhadapan,kami siap. Tapi pengembang perumahaan seperti Ciputra atau Agung Podomoro akan berpikir dua kali bila akan berinvestasi di Solo. Pasalnya, sudah pasti mereka akan mencari tanah di pinggiran kota yang cukup luas diatas 50 hektare atau 500 hektare. Sedangkan di Solo, atau pinggiran Solo, tanah seluas itu tidak ada," papar Yulianto, kepada Okezone,di Solo,Jawa Tengah,Jumat (10/5/2013).

Selain sulit mencari luas lahan di Kota Solo, rata-rata tanah di wilayah Surakarta, termasuk tanah produktif yang dilarang untuk alih status dari pertanian ke pemukiman. Dengan kondisi seperti itu, untuk pengembang raksaksa seperti Ciputra atau Agung Podomoro, sulit untuk berinvestasi.

"Sedangkan kita paham dengan kondisi tanah mana yang boleh untuk pemukiman dan mana yang tidak boleh. Selain itu,kita tidak membutuhkan tanah seluas seperti mereka bermodal besar untuk berinvestasi. Mungkin Ciputra bisaa masuk ke Semarang. Tapi masuk ke Solo,nanti dulu," ungkapnya.

Meski demikian, Yulianto memastikan bila pengembang lokal bermodal kecil dapat melakukan sinergi untuk menerapkan ketentuan hunian berimbang. Langkah ini perlu dilakukan agar pengembang kecil tidak gulung tikar karena pengembang besar ikut-ikutan membangun rumah kelas menengah dan bawah.

"Biar tidak terjadi kanibalisme di industri properti, maka REI Solo mendorong pengembang besar agar mau bersinergi dengan developer menengah bawah.  Kalau tidak ada sinergi, maka pola hunian berimbang ini akan membuat pengembang-pengembang kecil mati," pungkasnya.

(nia)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini