Share

Ponpes Darul Ulum, Saksi Bisu Perjuangan Para Kiai Melawan Belanda

Mukhtar Bagus, Sindo TV · Rabu 14 Agustus 2013 11:10 WIB
https: img.okezone.com content 2013 08 06 427 847968 8EJBIGq6TP.jpg Masjid Darul Ulum Jombang (Dok: Mukhtar Bagus/Sindo TV)
A A A

JOMBANG - Masjid dan Pondok Pesantren Darul Ulum di Desa Rejoso, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menjadi saksi sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Selain sebagai pusat penyebaran Islam, masjid dan Pondok Pesantren Darul Ulum juga pernah menjadi markas para pejuang di Jatim saat agresi militer pertama pasukan sekutu pada 1948.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Pengasuh Ponpes Darul Ulum, KH Kholil Dahlan, mengatakan, ponpes didirikan oleh Kiai Tamim Irsyad, seorang ulama asal Bangkalan pada 1885.

Dulunya, kata Kholil, Desa Rejoso masih dipenuhi hutan bambu dan menjadi kawasan perjudian. Setelah Kiai Tamim datang, perlahan desa itu berubah menjadi kampung yang religius.

Dalam menyiarkan Islam, Kiai Tamim relatif tidak mendapat perlawanan dari masyarakat yang kala itu gemar mabuk dan berjudi. Ini disebabkan pendekatan yang digunakan Kiai Tamim bisa diterima warga, yakni dengan membuka semacam padepokan ilmu bela diri.

“Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah murid yang belajar ilmu bela diri semakin banyak. Kondisi ini dimanfaatkan Kiai Tamim untuk mulai mengajarkan ilmu agama kepada mereka,” tutur Kholil.

Sejak itulah padepokan bela diri Kiai Tamim berubah menjadi tempat mengajar ilmu agama dan mengaji.

Kepada warga setempat, lanjut dia, Kiai Tamim juga mengajarkan ilmu toriqot, yakni ilmu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Tak heran bila santri yang belajar di Ponpes Darul Ulum tidak hanya santri yang masih muda saja, tapi juga kalangan lanjut usia.

Pada 1930, Kiai Tamim meninggal dunia. Tampuk tanggung jawab menjadi pengasuh ponpes diserahkan kepada Kiai Kholil, seorang ulama asal Demak, Jawa Tengah yang juga menantu Kiai Tamim.

Era perjuangan merebut kemerdekaan merupakan saat-saat yang paling seru dalam sejarah berdirinya ponpes. Betapa tidak, saat itu masjid dan ponpes menjadi markas para pejuang sekaligus tempat berlindung bagi warga dari seragan tentara Belanda.

Puncaknya, pada agresi militer pertama 1948, pasukan Belanda bersama sekutu menyerbu ponpes untuk memburu para pejuang. Dalam peristiwa tersebut, Gus Isomudin, putra pengasuh ponpes tewas ditembak Belanda.

Kini, Ponpes Darul Ulum terus mengembangkan diri, tak hanya menjadi tempat belajar ilmu agama, namun tapi mendirikan sekolah umum di berbagai bidang, mulai dari SD, SMP, SMA, SMK, Madarasah Aliyah, dan perguruan tinggi.

Di tengah perkembangan itu, pendidikan toriqot untuk para santri tetap diteruskan.

Selain sebagai bekal kepada para santri untuk tetap dekat dengan Tuhan, toriqot dipertahankan untuk menghargai jasa para pejuang ponpes terdahulu. Melestarikan ajaran para pendahulu merupakan bentuk penghormatan terhadap para pendahulu.

(ton)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini