Share

Kerja 6 Jam di Asia, Mungkinkah?

Martin Bagya Kertiyasa , Okezone · Rabu 16 April 2014 06:17 WIB
https: img.okezone.com content 2014 04 15 213 970816 6kJGcgFM7z.jpg Ilustrasi. (Foto: Reuters)
A A A

JAKARTA - Pemerintah daerah di Swedia tengah menguji efektivitas hari kerja di sebuah perusahaan. Pemerintah daerah tersebut menentukan jam efektif untuk bekerja hanya enam jam, dengan harapan mengurangi cuti sakit dan meningkatkan efisiensi. Bisakah rencana yang diterapkan di Asia?

Menurut laporan media setempat, dewan kota di Swedia Gothenburg akan menguji konsep tersebut dengan memotong hari kerja departemen sampai enam jam. Diharapkan dengan enam jam sehari, maka akan menguarangi cuti dan sakit, dan akan meningkatkan produktivitas karena mental dan fisik yang terjaga.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Para analis mengatakan kepada CNBC, sulit untuk membayangkan perusahaan di Asia mengadopsi metode yang sama. Pasalnya, mereka menghabiskan waktu kerja berjam-jam dan hanya memiliki alokasi liburan yang minim.

"Saya tidak berpikir itu akan terjadi di Asia," kata Direktur HRD Page Group, Chris Preston, seperti dilansir dari CNBC, Rabu (16/4/2013).

"Saya menduga akan ada banyak penolakan dari manajemen dan senior di sini (Asia), baik dalam perusahaan domestik maupun multi-nasional," tambah dia.

Sebagai perbandingan, menurut situs riset ekonomi FRED, rata-rata karyawan di Prancis bekerja sekitar 1.480 jam per tahun, sementara Singapura bekerja 2.300 jam per tahun. Pekerja Prancis menikmati 30 hari libur per tahun, sedangkan di Singapura alokasi liburan tahunan rata-rata sekitar 14 hari.

Namun, meskipun lebih lama bekerja, para karyawan di Asia cenderung mengambil cuti sakit lebih, dan perusahaan Asia sering menetapkan sejumlah cuti medis tahunan dalam kontrak kerja mereka.

Direktur Sales dan Marketing di eFinancialCareers, George McFerran, mengatakan akan lebih banyak manfaat dari jam kerja yang lebih pendek di Asia. "Keuntungan dari hari kerja yang lebih pendek adalah bahwa orang akan lebih terfokus dan produktif di kantor," jelasnya.

"Kurangnya waktu yang dihabiskan di kantor akan membantu memberikan kontribusi keseimbangan kerja, antara kehidupan yang lebih baik bagi banyak individu dan bahkan dapat membantu menarik lebih banyak ibu-ibu untuk kembali bekerja," katanya.

Menurut data dari Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan yang dipublikasikan tahun lalu, produktivitas negara-negara anggota dengan produk domestik bruto, karyawan cenderung lebih produktif jika jam kerja lebih sedikit.

Yunani misalnya, memiliki jam kerja mencapai rata-rata 2.000 jam per tahun, sedangkan Jerman hanya bekerja 1.400 jam per tahun tetapi produktivitas mereka 70 persen lebih tinggi. Studi-studi lain telah menemukan bahwa jam kerja lebih lama bisa berdampak buruk pada kesehatan karyawan .

Namun menurut Group Page Preston, etos kerja dan budaya sangat berbeda di Asia dan Eropa. Karenanya, kerja enam jam per hari akan sulit untuk diterapkan di Asia.

"Ini adalah masalah budaya mendarah daging. Orang Asia jauh lebih tertarik pada mengumpulkan uang, dan ide untuk menyeimbangkan kerja dengan kehidupan bukanlah sebuah konsep yang diterima secara luas," tambah dia.

Keterbatasan lain dari hari kerja yang lebih pendek adalah, meningkatkan kesulitan bekerja dengan klien dan kolega yang berada di zona waktu yang berbeda. Menurutnya, pelaksana fleksibel kerja atau jam kerja lebih pendek bisa menjadi tantangan di Asia karena posisi zona waktu.

"Berarti karyawan berkomunikasi dengan AS pertama di pagi hari, dan Eropa di malam hari," tambahnya .

(mrt)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini