Share

Marak Produk Asing, Produk dalam Negeri Tertolong Label Halal

Sudarsono , Koran SI · Rabu 16 April 2014 19:28 WIB
https: img.okezone.com content 2014 04 16 320 971497 nxV2FkWFz9.jpg Ilustrasi (Foto:Okezone)
A A A

KARAWANG - Jelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, produk makanan dan minuman dari negara-negara di kawasan Asia Tenggaran diyakini akan mengalami persaingan ketat. Namun dengan dibukanya pasar bebas ini juga dinilai bisa menjadi peluang bagi produk-produk dengan kualitas yang baik.

"Kita melihat ini akan menjadi pertarungan seru. Jadi bukan cuma banyak produk yang masuk, tetapi juga akan menjadi peluang bagi kita," ujar Chief Operating Officer PT ABC President Indonesia Dwi Hatmadji di Karawang Timur, Jawa Barat, Rabu (16/4/2014).

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Menghadapi persaingan ini, lanjut Dwi, produk makanan dan minuman dalam negeri masih terbantu dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang sangat peka terhadap labelitas halal dari MUI yang tertera pada kemasan produk.

"Beruntung konsumen Indonesia ini sangat peka, kalau tidak ada label halal, produk tersebut biasanya sulit untuk bertahan. Terlebih lagi sertifikasi halal dari MUI biasanya bisa diterima oleh negara lain, tetapi label halal dari negara lain belum tentu sesuai dengan standar halal disini, jadi harus disertifikasi lagi," jelasnya.

Meski demikian, saat ini pun sudah banyak produk makanan minuman asal negara ASEAN maupun Asia secara umum yang mulai menyerbu pasar Indonesia. "Sudah banyak produk-produk dari Malaysia atau Singapura uang masuk, ini karena Indonesia menjadi market terbesar," katanya.

Untuk mampu bersaing dengan produk-produk asing tersebut serta menjaga pasar dalam negeri, menurut Dwi, strategi yang dilakukan oleh produsen lokal seperti PT ABC President Indonesia yaitu dengan melakukan pengembangan produk melalui research and development (R&D) dengan SDM lokal.

"Untuk mempertahankan produk kita di pasar lokal, strateginya dengan menggunakan R&D lokal, karena rasa dan gaya hidup market di Indonesia tidak sesuai bila menggunakan R&D asing, industrinya akan failed. Kemudian kita juga harus berani mengeluarkan produk yang beda," tuturnya.

Selain itu, untuk mampu persaingan, Dwi juga berharap pemerintah mampu memberikan dukungan dengan penyediaan infrastruktur serta menjaga stabilitas tarif komponen-komponen penunjang produksi sehingga ada kepastian bagi prosuden dalam menjalankan produksinya.

"Distribusi di Indonesia masih rumit, kemudian unsur biaya yang terus mengalami peningkatan, seperti BBM, listrik, ini cost produksi menjadi tidak menentu, jadi tidak ada kepastian bagi kami. Industri maunya ada kepastian sehingga bisa memperhitungkan pertumbuhan industri kedepan," tandasnya.

(rzk)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini