Share

Sistem Fermentasi UGM Lipatgandakan Produksi Kecap

Margaret Puspitarini , Okezone · Kamis 17 April 2014 07:14 WIB
https: img.okezone.com content 2014 04 16 373 971498 66nddOFySI.jpg Ilustrasi. (Foto: Feri Usmawan/Okezone)
A A A

JAKARTA - Salah seorang dosen di Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Sardjono menghasilkan sebuah inovasi dalam bidang teknologi untuk industri pangan. Inovasi tersebut terbukti mampu meningkatkan produksi kecap per tahun hingga 1.400 kali lipat.

Sardjono melakukan penelitian komprehensif tentang perbaikan proses dan peningkatan efisiensi proses fermentasi kecap dengan bahan baku lokal, yakni kedelai hitam. Dia mengaku, penelitian tersebut dikembangkan dari penelitian kinetika fermentasi yang sudah ada sebelumnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Perlu sebuah bioreaktor untuk fermentasi terkendali. Alat tersebut dapat terwujud berkat diskusi intensif dengan divisi engineering pabrik (dalam hal ini PT Unilever Indonesia Tbk.) dan pabrik pembuat alat-alat industri pangan," tutur Sardjono, seperti disitat dari siaran pers yang diterima Okezone, Kamis (17/4/2014).

Dari rancangan pertama bioreaktor itu telah dilakukan evaluasi dan revisi. Saat ini telah terpasang beberapa unit bioreaktor untuk fermentasi koji dengan kapasitas sebuah bioreaktor sekali fermentasi ekuivalen dengan empat ton kedelai.

"Dulunya mungkin hanya sekira empat hingga lima ton kecap per tahun yang dihasilkan, tapi sekarang bisa mencapai 70 ribu ton kecap per tahun. Jadi, memang selain hemat waktu, sekaligus hasilnya berlipat ganda," paparnya.

Dia menyebut, penelitian tersebut adalah penelitian multiyears yang hasilnya langsung dapat digunakan oleh industri. Hal tersebut dapat terwujud karena ada industri atau perusahaan yang mau membuka diri untuk melakukan kolaborasi riset dengan berpandangan perguruan tinggi adalah tempat berkumpulnya para peneliti handal.

"Ini sekaligus menjadi tantangan bagi para peneliti untuk membuktikan diri bahwa mereka mampu berkontribusi untuk mengembangkan dan meningkatkan efisiensi proses pada industri," kata Sardjono.

Menurut Sardjono, perjalanan industri yang menggunakan jamur secara komersial sebagian besar memang belum memuaskan. Penyebabnya adalah rendahnya produktivitas dan masalah-masalah teknis pemanfaatan jamur di bidang industri bioteknologi.

"Untuk mendapatkan keuntungan yang besar, kapasitas industri juga harus besar. Sementara itu, kapasitas pabrik yang besar tentu memerlukan proses handling dan pengendalian yang tidak mudah. Inilah persoalan yang menjadi salah satu penyebab beberapa industri mikroprotein atau protein sel tunggal tidak mampu bertahan hidup," tuturnya.

(ade)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini