Share

Kemendikbud Habiskan Rp3,6 T Cetak Buku Kurikulum 2013

Marieska Harya Virdhani , Okezone · Rabu 16 April 2014 20:20 WIB
https: img.okezone.com content 2014 04 16 373 971529 HVTRmDia4m.jpg Gedung Kemendikbud. (Foto: Rifa Nadia/Okezone)
A A A

JAKARTA - Sejak diberlakukannya kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mulai mengganti materi pelajaran dengan buku-buku paket yang baru. Hal itu berlaku di tingkat SD, SMP, hingga SMA sederajat.

Dengan pemberlakuan kurikulum 2013 rupanya membawa berkah tersendiri bagi industri grafika. Ketua Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia Jimmy Junianto mengatakan konsumsi kertas Indonesia yang terendah di antara negara ASEAN, yakni hanya 36 kilogram per orang per tahun. Namun tahun ini, semenjak adanya kurikulum 2013, belanja Kemendikbud di dunia grafika menelan Rp3,6 triliun.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Konsumsi kertas Malaysia di atas 90 kilogram, Thailand 80 kilogram, Amerika 350 kilogram. Pertumbuhan terus berjalan. Kapasitas kertas kita itu 13,6 juta ton per tahun, dan sudah terpakai 12,8 juta. Tahun ajaran 2013-2014 Kemendikbud habiskan Rp3,6 triliun untuk cetak buku, jauh lebih besar dari biaya pemilu yakni Rp800 miliar di industri grafika," jelasnya dalam keterangan tertulis kepada Okezone, Rabu (16/04/2014).

Dia bahkan berharap Jakarta dapat menjadi Print City dengan mengutamakan Digital Printing dengan menggenjot budaya membaca setiap masyarakatnya.

"Print industry, print city, lahan kita cukup besar, HTI kita 199 juta hektare, akan tumbuh terus. Belanja mesin kertas saja Rp3,7 miliar investasinya. Dengan adanya kurikulum 2013, semester pertama dan kedua untuk mencetak buku pelajaran, SD, SMP, dan SMA, membuat grafika bergeliat," tegasnya.

Jimmy menegaskan dulu konsepnya setiap satu murid dapat diturunkan oleh kakak kelasnya. Meski masih banyak buku online yang bisa diunduh, lanjutnya, namun kebutuhan buku paket atau buku cetak tetap tinggi bagi siswa di pedalaman yang masih belum terjangkau internet.

"Banyak yang masih tertinggal, tak semua sekolah tersedia internet, tak semua murid punya komputer, daerah-daerah luar Jawa belum terjangkau, sehingga masih mengandalkan hard copy. Selain itu, banyak studi mengatakan bahwa apa yang dilihat dan dibaca di internet mudah terlupakan, membaca buku lebih masuk dalam hati dan pikiran," tandasnya.

Karena itu pihaknya bersama industri plastik akan berpartisipasi dalam pameran Indoplas, Indopack, Indoprocess dan Indoprint pada 3-6 September 2014. Disana akan dipamerkan bahan baku, mesin-mesin, dan solusi inovatif hingga komponen jadi berupa teknologi baru mesin pengolahan kertas di industri grafika.

(ade)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini