JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menargetkan pertumbuhan pada transaksi non-tunai alias secara elektronic money. Hal ini dilakukan untuk meminimlisir peredaran uang tunai.
Deputi Gubernur BI Ronald Waas mengatakan, ada elektronic money akan mempermudah transaksi-transaksi dengan jumlah yang minim. Namun, dia tidak bisa memperkirakan berapa besar pertumbuhan e-money.
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
"Belum ada negara yang memastikan berapa perubahan dari transaksi tunai ke non-tunai. Karena motifnya menggunakan uang tunai kan berbeda," kata dia dalam diskusi di Intercontinental Hotel, Rabu (16/4/2014).
Dia melanjutkan, di Indonesia sendiri, memang motif menggunakan yang tunai bermacam-macam. "Tapi tidak ada hitungan pasti, yang pasti jumlah pengguna e-money bertambah," tambah dia.
Menurutnya, BI menargetkan pertumbuhannya bisa mencapai satu persen dari Gross Domestic Bruto (GDP). "Kita targetkan 1,8 kali dari GDP Indonesia," jelasnya.
Ronald mengatakan, BI akan mengatur agar e-money yang ada bisa digunakan sampai habis. "Karena prinsipnya kan mengubah dari fisik ke elektronik. Jadi bisa dong sampai nol, di dompet saja bisa sampai habis," tukas dia.
(rzk)