JAKARTA - Struktur masyarakat selalu cenderung ke arah ketidaksetaraan. Pasalnya, keuntungan investasi secara jangka panjang selalu lebih besar ketimbang pendapatan yang didapat karyawan.
Bahkan, selisihnya sangat besar. Akibatnya, orang yang memiliki modal untuk investasi, yang biasanya adalah orang kaya, akan bertambah kekayaannya.
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
Pepatah lama tampaknya sangat sesuai untuk menggambarkan hal ini, yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin.
Demikian disampaikan oleh ekonom dan penulis asal Prancis, Thomas Piketty mengutip laman CNBC, Jakarta, Sabtu (19/4/2014). Dia adalah penulis buku best seller, "Capital in The 21st Century". Buku berisi 696 halaman ini memuat sejarah ekonomi Dunia.
Dia membuat penelitian tentang kesenjangan ekonomi dari data 100 tahun ke belakang. Dia berpendapat, semakin tingginya kesenjangan sosial di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir ini, menurutnya bukanlah suatu yang luar biasa dalam perspektif sejarah.
Namun, kembali ke sejarah, sesuatu yang luar biasa adalah periode antara pertengahan 1930-an dan awal 1970-an. Menurutnya, tahun tersebut ketika ketimpangan ekonomi anjlok dan tetap pada tingkat historis rendah selama beberapa dekade.
Dalam sebuah forum, Piketty ditanya mengenai kenaikan berkelanjutan mengenai ketidaksetaraan bagi masyarakat, dan beberapa dari jawabannya memancing tema perdebatan di Washington.
Kekhawatiran terbesar, lanjutnya, dimana ada peningkatan konsentrasi kekayaan yang mengarah ke korupsi dari sistem politik. "Ketika sebagian kecil warga memegang pangsa yang sangat besar dari kekayaan suatu negara, lembaga-lembaga politik tertangkap," ujarnya.
Sebagai contoh, dirinya menggunakan pra-perang dunia I di Eropa, di mana 10 persen dari penerima hasil investasi membawa pulang hampir separuh pendapatan nasional, dan pemerintah beroperasi dengan kepentingan orang-orang berduit.
Dia juga mencatat bahwa tingkat ketimpangan pendapatan di AS sekarang lebih besar daripada di saat praperang Eropa.
(rzy)