Share

Kebijakan Pemerintah hingga Ketamakan Manusia Rusak 8 Warisan Indonesia

Winda Destiana, Okezone · Jum'at 18 April 2014 14:17 WIB
https: img.okezone.com content 2014 04 18 407 972309 8oJnXAAlYD.jpg Taman Nasional Komodo (Foto: komodopark)
A A A

SEBAGAI sebuah negara yang kaya peninggalan sejarah maupun potensi pariwisata, Indonesia memiliki sedikitnya delapan warisan yang telah diakui UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization). Semuanya masuk daftar Situs Warisan Dunia UNESCO. Beberapa di antaranya populer di kalangan wisatawan, lainnya menunggu kesungguhan untuk dijaga dan dibenahi.

Adalah Taman Nasional Komodo, yang termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO di Indonesia. Taman ini mulai didirikan pada tahun 1980 untuk melindungi komodo dan habitatnya. Di sana terdapat 277 spesies hewan yang merupakan perpaduan hewan berasal dari Asia dan Australia. Di dalam taman ini juga terdapat beberapa spesies mamalia, burung, bahkan reptil. Bersama dengan komodo, spesies hewan lainnya juga termasuk hewan yang dilindungi karena jumlahnya terbatas.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Selain itu, di dalam kawasan ini terdapat pula terumbu karang. Setidaknya terdapat 253 spesies karang pembentuk terumbu. Setiap tahunnya, baik wisatawan lokal maupun asing, datang ke kawasan ini bukan hanya ingin melihat komodo dari dekat, Mereka juga ingin melihat keindahan bawah laut yang ada di kawasan tersebut. Kawasan ini sudah menarik di awalnya karena memiliki potensi alam cukup memukau. Tak ayal jika banyak wisatawan asing yang meramaikannya.

Adapula Taman Nasional Ujung Kulon. Taman Nasional ini menjadi taman nasional pertama yang diresmikan di Indonesia. Pada awalnya, kawasan ini merupakan daerah pertanian pada beberapa masa sebelum akhirnya hancur lebur dan seluruh penduduknya habis ketika Gunung Krakatu meletus pada 27 Agustus 1883 yang kemudian mengubah kawasan ini kembali menjadi hutan.

Wilayah ini mencakup hutan lindung yang sangat luas dan sekira 50 hingga 60 badak bercula satu hidup di kawasan ini. Karenanya, pada tahun 1991, Taman Nasional Ujung Kulon resmi menjadi salah satu warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO. Serta untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai situs warisan alam dunia, UNESCO memberikan dukungan pendanaan juga bantuan teknis.

Bukan hanya taman nasional yang menjadi situs warisan dunia UNESCO. Situs purbakala pun tak luput dari perhatian UNESCO untuk ditetapkan sebagai salah satu warisan dunia yang dimiliki oleh Indonesia. Adalah Situs kepurbakalaan Sangiran termasuk di dalamnya, yang merupakan situs arkeologi di Jawa Tengah. Tempat ini merupakan lokasi penemuan beberapa fosil manusia purba.

Di tempat ini juga terdapat Museum Purbakala Sangiran. Museum ini berisikan tentang sejarah manusia purba sejak sekira dua juta hingga 200 ribu tahun yang lalu. Di dalam museum ini juga terdapat 13.086 koleksi fosil manusia purba terlengkap se-Asia. Tak ayal, pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Dan, pada tahun 1996, kawasan ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.

Tak Semua Situs Warisan Dunia UNESCO di Indonesia Bernasib Sama

Beberapa warisan dunia UNESCO di Indonesia seperti dipaparkan di atas memang bernasib baik. Sayang, ada beberapa situs yang terancam statusnya dicabut oleh UNESCO, bahkan terancam punah. Bahkan, jangankan untuk dikenal, mendengar kondisi kekiniannya pun sudah jarang di telinga wisatawan, termasuk dari domestik.

Candi Borobudur, misalnya, yang sempat terancam akan dicabut statusnya. Tak ayal, beberapa waktu lalu UNESCO sempat memberi peringatan kepada pengelola PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko untuk mencabut statusnya sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

Candi Borobudur dibangun sekira 300 tahun lalu dan dinobatkan sebagai Situs Warisan Budaya UNESCO pada 1991. Sayang, UNESCO mengancam akan mencabut status tersebut karena pengelolaannya dinilai kurang baik. Meski UNESCO belum mengeluarkan pernyataan resmi kepada pihak pengelola, ancaman tersebut hendaknya menjadi perhatian masyarakat juga seluruh pemangku kepentingan. Pasalnya, jika ancaman itu benar-benar terjadi, Indonesia tidak hanya kehilangan status world heritage yang menjadi sumber pendapatan pariwisata dari jumlah kunjungan turis, kepercayaan di mata dunia juga berkurang.

Ada pula lanskap budaya Bali yang terancam punah akibat tergerus zaman, yakni subak. Subak merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO di Indonesia. Sistem bertani yang mengimplementasikan filosofi tri hita karana ini menjadi kebanggaan masyarakat Bali. Selama 12 tahun, Pemerintah Indonesia berjuang untuk menjadikan subak salah satu warisan budaya yang diakui oleh dunia. Dan, ketika status tersebut berhasil didapatkan pada 2012 silam, kini lebih dari 1.000 hektare lahan sawah justru semakin menyusut setiap tahunnya lantaran dijual pemiliknya kepada pengembang.

Bukan hanya Candi Borobudur dan subak, dua warisan dunia yang dimiliki Indonesia lainnya juga masuk daftar “bahaya”. Kapanpun UNESCO bisa mencabutnya dari daftar Situs Warisan Dunia jika Pemerintah Indonesia tidak memperbaiki kerusakan pada kedua situs tersebut.

Situs Warisan Dunia UNESCO yang pertama adalah Hutan Hujan Tropis Gunung Leuseur di Sumatera dan Taman Nasional Lorentz di Papua. Hutan Hujan Tropis Gunung Leuseur yang membentang dari Aceh hingga Lampung ini mengalami kerusakan cukup parah akibat perambahan serta pembabatan hutan oleh oknum yang tak bertanggung jawab.

Hal serupa juga dialami oleh Taman Nasional Lorentz yang berada di Papua. Seiring bertambahnya penduduk di kawasan tersebut, pembabatan hutan pun sering dilakukan. Hal ini mengancam konservasi alam yang dilakukan oleh pihak taman secara turun-temurun terhadap taman nasional seluas 2,5 juta hektare tersebut. Bukan hanya itu, alasan lain pembabatan hutan dikarenakan di lahan tersebut akan dijadikan jalan menuju kawasan Raja Ampat. Pembuatan infrastruktur ini dilakukan atas banyaknya permohonan wisatawan yang berharap bahwa mengunjungi kawasan ini bisa lebih mudah.

Jika hal tersebut benar-benar terjadi, penurunan wisatawan lokal maupun asing akan terjadi di tempat-tempat tersebut. Sebab, kunjungan wisatawan selama ini berpatokan pada Situs Warisan Dunia UNESCO tersebut. Setelah diamatipun, Situs Warisan Dunia UNESCO yang ada di Indonesia belum dipromosikan dengan baik kepada masyarakat dunia. Sehingga, jangankan untuk dikenal oleh wisatawan asing, sebagian besar wisatawan lokal pun belum mengenalnya.

Berangkat dari kenyataan miris tersebut lah, Travel Okezone akan mengangkat topik khusus tentang nasib Situs Warisan Dunia UNESCO di Indonesia. Simak terus pembahasannya di Travel Okezone.

Ingin rafting gratis di Citarik? Buka link ini

(ftr)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini