Share

Misteri Pendiri Situs Ratu Boko

Prabowo, Okezone · Jum'at 18 April 2014 21:54 WIB
https: img.okezone.com content 2014 04 18 409 972427 qlDxKObuRV.jpg Situs Ratu Boko (Foto: Prabowo/Okezone)
A A A

SITUS Ratu Boko sendiri masih menjadi misteri mengenai historisnya. Tak ada arkeolog yang mengetahui siapa yang mendirikan situs itu, begitu juga siapa raja yang bertahta di Kraton Ratu Boko.

"Kalau mengenai sejarahnya belum terpecahkan, masih menjadi misteri," kata Didik Tri Ardianto, Staf Operasional TWC Ratu Boko, ditemui Okezone, baru-baru ini.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Meski demikian, ada sedikit pencerahan mengenai Keraton Ratu Boko. Ratu Boko merupakan situs arkeologi berupa peninggalan Kerajaan Mataram dari abad ke-8, cikal bakal pendiri Candi Borobudur dan Candi Prambanan.

Menurut sejarah, Keraton Ratu Boko dahulu digunakan pada masa Dinasti Syailendra sebelum masa Raja Samaratungga (pendiri Candi Borobudur) dan Rakai Pikatan (pendiri Candi Prambanan).

Di situs itu ditemukan prasasti yang dikeluarkan oleh Rakai Panangkaran pada tahun 746-784 Masehi. Situs Ratu Boko disebut Abhayagiri Wiraha. Abhaya berarti "tidak ada bahaya", giri berarti "bukit", dan wihara berarti "asrama atau tempat". Maka, Abhayagiri Wihara berarti "asrama atau wihara bagi para biksu Buddha yang terletak di sebuah bukit yang penuh dengan kedamaian (tidak ada bahaya)".

Masa selanjutnya, antara tahun 856-863 Masehi, Abhayagiri Wihara diubah namanya menjadi Keraton Walaing dan juga benteng pertahanan oleh Raja Vasal (bawahan) yang bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni. Prasasti Siwagrha menyebutkan tempat ini sebagai benteng pertahanan yang terdiri atas tumpukan beratus-ratus batu oleh Balaputra.

Dari abad 10 hingga abad 16 tidak ada berita yang terkait dengan Keraton Walaing. Kisahnya berlanjut pada 90 tahun kemudian. Pada tahun 1790, Van Boeckholtz menemukan adanya reruntuhan kepurbakalaan di situs Keraton Ratu Boko. Seratus tahun kemudian, FDK Bosch mengadakan penelitian dan melaporkan hasil penelitiannya yang diberi judul Kraton Van Ratoe Boko.

Sejak itulah, situs itu dikenal dengan nama Keraton Ratu Boko. Nama Keraton Ratu Boko sendiri berasal dari kata Keraton yang artinya istana raja, Ratu berarti raja, Boko yang berarti Bangau.

"Siapa Raja Bangau ? Nama seorang penguasa atau burung, engak ada yang tahu," ujarnya.

(ftr)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini