Share

Ibu Tien "Indonesiakan" Istana Merdeka

Meutia Febrina Anugrah , Okezone · Sabtu 19 April 2014 16:31 WIB
https: img.okezone.com content 2014 04 18 471 972351 z2eFPruP5N.jpg (foto : imagebali)
A A A

JAKARTA - Sejak mulai dibangun pada 1873, Istana Merdeka secara bertahap mengalami perubahan wajah. Awalnya istana ini didesain dengan gaya Palladio, Eropa. Namun pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, Ibu Negara Tien Soeharto turut andil dalam mendesain interior di Istana Merdeka.

Demikian penelusuran Okezone dari berbagai sumber, Sabtu (19/4/2014).

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Kegemaran Ibu Negara Tien Soeharto terhadap ukir-ukiran kayu Jepara dengan segera mengubah penampilan Istana. Di luar bergaya Palladio, didalam bergaya Jepara. Menurut Joop Ave, yang menjabat sebagai Kepala Istana-Istana Presiden pada saat diawalinya renovasi interior, upaya itu juga untuk mengindonesiakan sekaligus memasyarakatkan Istana. Ketika Sampoerno menjadi Kepala Rumah Tangga Kepresidenan, pengindonesiaan ragam hias tersebut dilanjutkan.

Ruang tamu Presiden di sisi Istana Merdeka misalnya, kemudian diberi nama Ruang Jepara, karena menggunakan ragam hias ukiran Jepara. Pada dinding-dindingnya digantung beberapa relief ukiran kayu berukuran besar. Salah satunya menggambarkan epik Ramayana. Beberapa saka di ruang itu juga dibungkus dengan kayu berukir. Dua pasang saka masif berlaras Ionia, masing-masing di Ruang Kredensial dan di Ruang Jepara, juga dibungkus dengan ukiran Jepara.

Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, lantai marmer di berbagai ruang utama Istana Merdeka ditutup permadani berwarna merah marun, sedangkan di Istana Negara dengan permadani warna hijau hutan. Permadani itu memakai hiasan dengan ragam hias lung-lungan di sepanjang tepi serta bagian tengahnya. Di Ruang Kredensial, hiasan tengah permadaninnya memakai motif Cakra Manggilingan.

Pilihan warna merah untuk Istana Merdeka dan hijau untuk Istana Negara juga diterapkan pada gorden atau tirai jendela dan pintu di kedua bangunan itu. Pada masa Presiden Abdurrahman Wahid, gorden di Istana Merdeka diubah warnanya menjadi biru.

Pada masa Presiden Abdurrahman Wahid, jabatan Kepala Rumah Tangga Istana diubah menjadi Sekretariat Presiden RI yang pada masa presiden Megawati dijabat oleh Kemal Munawar. Presiden Megawati mengangkat staf khusus Kris Danubrata yang ditugasi melakukan penataan ulang interior Istana-Istana Presiden Republik Indonesia. Hal pertama yang dilakukannya adalah melepaskan semua ukiran-ukiran Jepara dari interior Istana Merdeka dan Istana Negara ,kecuali Ruang Jepara yang sengaja dilestarikan sebagai bagian sejarah kepemimpinan Presiden Soeharto. Hal itu dilakukan untuk mengembalikan nuansa asli klasik Eropa pada Istana Jakarta.

Secara bertahap dilakukan pula penggantian gorden dan karpet di Istana Jakarta. Gorden yang semula tebal dan berwarna masif digantikan dengan vitrase semi-transparan yang memberi kesan ringan dan terbuka. Karpet yang semula wall-to-wall diganti dengan lembaran-lembaran luas kapet Persia, Pakistan, dan Afganistan, yang menimbulkan kesan ramah dan akrab.

Kursi dan sofa dari kayu ukiran Jepara dengan bantalan berwarna kuning emas yang semula memenuhi Istana Jakarta juga diganti dengan kursi dan sofa peninggalan kolonial Hindia-Belanda dulu. Sebagian besar mebel itu dikeluarkan kembali dari gudang untuk direnovasi dan diganti bantalan baru dengan warna dan corak yang menimbulkan kesan elegan dan hangat.Di masa Presiden Megawati dilakukan penataan dan penempatan kembali lukisan serta benda-benda seni lainnya dengan penataan interior yang baru.

Beberapa lukisan dikembalikan ke tempatnya semula seperti ketika pada awalnya ditempatkan secara khusus oleh Bung Karno atas pertimbangan estetis dan teknis yang khusus.

(wdi)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini