Share

Aksantara, Pesawat Tanpa Awak Multifungsi ITB

Rachmad Faisal Harahap , Okezone · Minggu 20 April 2014 15:19 WIB
https: img.okezone.com content 2014 04 20 372 972972 kwvK07HeVL.jpg
A A A

JAKARTA - Perkembangan teknologi pesawat terbang dan robotika di Indonesia kian pesat. Bahkan, beberapa perguruan tinggi telah mampu membuat dan mengembangkan pesawat terbang tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV).

Guna mewadahi kreativitas tersebut, dibentuk Aksantara yakni sebuah komunitas berlatarbelakang keteknikan yang menggeluti bidang UAV. Berkolaborasi dengan bidang aeronautika, perkembangan ini melahirkan teknologi yang beberapa tahun belakangan ini mulai menjadi sorotan peneliti serta pengembang robot terbang dan juga berhasil memancing minat mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang terlihat semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Komunitas yang dibentuk pada 2013, Aksantara, saat ini Tim Aksantara tengah mengembangkan sebuah UAV yang diberi nama Aksantara pula di bawah bimbingan Dosen Aeronautika dan Astronautika ITB, Dr. Ing. M. Agoes Moelyadi ST, M.Sc., dan Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB, Prof. Dr. Ir. Bambang Riyanto Trilaksono. Dengan mayoritas mahasiswa dari program studi (prodi) Aeronautika dan Astronautika, Aksantara terdiri pula dari mahasiswa-mahasiswa lintas prodi di ITB seperti Teknik Mesin, Fisika Teknik, Teknik Geologi, Seni Rupa, dan Teknik Industri.

Mahasiswa dari berbagai prodi di ITB ini ikut berpartisipasi dalam merancang sebuah UAV yang inovatif dengan mengaplikasikan keilmuan teknik mereka yang terstruktur yang diperoleh pada bangku perkuliahan. Tim Aksantara memproduksi sendiri beberapa komponen krusial dengan mengaplikasikan keilmuannya, sekaligus bekerjasama pula dengan pihak ketiga untuk produksi komponen lainnya.

Pesawat tanpa awak ini praktis dan unggul dalam kemampuan jelajah, karena berbeda dengan pesawat-pesawat tanpa awak yang pada umumnya bersayap putar. Aksantara memiliki keunggulan berupa desain sayap tetap yang dimilikinya. Dengan desain sayap tetapnya, Aksantara cenderung memiliki kemampuan jelajah yang lebih jauh dan relatif lebih unggul dalam membawa beban berat.

Desain sayap ini juga menjadikan pemasangan maupun pelepasan sayap jauh lebih praktis pada proses perakitan, sehingga UAV Aksantara dapat dipindahkan dengan mudah dan hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk persiapan peluncurannya. Pesawat tanpa awak dengan panjang 1,5 meter dan rentang sayap dua meter ini diharapkan bermanfaat untuk kegiatan mahasiswa di kampus.

Ketua Tim Aksantara ITB, Rivaldy Varianto mengatakan bahwa pesawat yang dikembangkan Aksantara ini diharapkan dapat membantu pemetaan daerah untuk kegiatan pengabdian masyarakat, dokumentasi udara untuk acara-acara tertentu, serta survey kandungan zat di udara.

"Selain itu, pesawat ini juga dapat dimanfaatkan untuk membantu pencarian korban bencana alam dan transportasi bahan makanan," ujar mahasiswa jurusan Aeronautika dan Astronautika itu seperti dilansir dari laman ITB, Minggu (20/4/2014).

Aksantara juga tidak membutuhkan roda untuk pendaratan operasionalnya, sehingga dapat diterbangkan nyaris dimana saja. Mekanisme pengendaliannya pun tergolong praktis, dengan antena berfrekuensi tertentu dan board PixHawk.

Mekanisme kendali otomatis ini menyebabkan Aksantara tidak memerlukan pilot dalam pengendalian terbangnya apabila telah mencapai ketinggian tertentu. Dengan mekanisme ini, UAV Aksantara ditargetkan dapat terbang secara otomatis tanpa campur tangan pilot dengan durasi terbang selama 30 menit.

(fmh)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini