JAKARTA - Para karyawan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) yang tergabung dalam Serikat Pekerja hari ini melakukan acara apel kesetian Bela BTN sebagai awal gerakan melawan akuisisi oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) di Kantor Bank BTN Harmoni, Jakarta Pusat.
Lantas apa alasan mereka perjuangkan untuk menolak gagasan akuisisi ini?
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
Seorang pegawai BTN, Bias Priwastuti (35), yang bekerja sebagai Commersial Funding Head Kantor Cabang Yogyakarta mengatakan tidak akan rela bila BTN harus jatuh ke tangan Bank Mandiri.
"Ya enggak rela, coba kalau kita punya sesuatu lalu diambil itu rasanya sedih," ucap Bias di Kantor BTN, Harmoni, Jakarta Pusat, Minggu (20/4/2014).
Bias menilai, Bank Mandiri hanya mencari cara cepat untuk memperbesar asetnya dan menggapai ambisi untuk menjadi bank nomor satu di Indonesia.
"Kan bisnisnya Bank Mandiri dan BTN berbeda bisnisnya. Nanti program pemerintah untuk membiayai perumahan rakyat malah lebih panjang prosesnya, sedangkan Bank Mandiri fokus pada korporasi," paparnya.
Dirinya pun tetap tidak setuju dan berharap Menteri BUMN dan Direksi Bank Mandiri segera menghentikan langkahnya untuk mengambil alih saham BTN.
"Kami akan terus menolak sampai kapanpun," tegasnya.
Menurut Bias, hal ini juga akan menimbulkan kekhawatiran seperti adanya PHK. Pasalnya akan terjadi perampingan pegawai jika hal ini terjadi.
"Khawatir kehilangan pekerjaan pasti ada, wong bank sudah sehat kok dicaplok. Apalagi kalau akuisisi terjadi, enggak ada jaminan kontrak kerja antara Bank Mandiri dan BTN. Makanya kami menolak akuisisi," cetusnya.
Sementara itu, pegawai BTN cabang Surabaya, Dwi Satmoko (38), menilai jika akuisisi BTN oleh Mandiri hanya menguntungkan satu pihak saja yakni Bank Mandiri yang mempunyai ambisi besar.
"Harapannya BTN tidak usah diakuisisi karena nanti tidak ada lagi yang melayani perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah," paparnya.
Pegawai lainnya, Customers Loan Service KPR BTN Cabang Surabaya Siswandi (40) mendesak agar pemerintah dalam hal ini Menteri BUMN Dahlan Iskan membatalkan gagasan akuisisi ini yang telah melanggar undang-undang.
"BTN merupakan bank sehat yang tidak perlu diakuisisi. Apalagi, sekira 98 persen penyaluran kredit BTN untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang tidak bisa diambil alih oleh bank lain. Cuma BTN yang bisa kasih KPR subsidi dengan gaji karyawan Rp2,5 juta per bulan. Emang Mandiri mau biayai KPR Rp70 juta-Rp90 juta?" pungkasnya.
(wdi)