Share

Berbagai Jenis Risiko Investasi

Senin 21 April 2014 08:33 WIB
https: img.okezone.com content 2014 04 21 226 973119 8wABYFlxcs.jpg Ilustrasi. (Foto: Okezone)
A A A

Kebanyakan orang hanya membicarakan imbal hasil (return) dalam berinvestasi. Padahal membicarakan risiko dalam berinvestasi adalah hal yang sama penting dengan memahami potensi keuntungan setiap jenis produk investasi.

Secara definisi, risiko adalah  ketidakpastian yang disebabkan fluktuasi kinerja produk investasi. Fluktuasi itu menyebabkan potensi hilangnya uang yang diinvestasikan investor.  Semua jenis investasi memiliki risiko, namun dalam skala yang berbeda-beda. Semakin tinggi potensi keuntungan dari produk investasi, maka semakin besar pula risikonya (high risk high return).

Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Produk investasi yang memiliki keuntungan dan risiko yang mana yang harus dipilih seorang investor? Jawabannya, tergantung pada profil risiko masing-masing. Ada tipe orang yang bersifat agresif atau berani mengambil risiko yang tinggi, sehingga dia bisa membeli produk investasi yang menawarkan potensi imbal hasil yang besar.

Sebaliknya, ada investor yang karakternya konservatif atau hanya bisa menerima risiko yang kecil saja, dan bersedia mendapatkan kompensasi potensi return yang minimal. Di antara si agresif dan konservatif, ada tipe investor moderat, yang berada di tengah-tengah keduanya. Dia bisa mentolerir risiko yang sedikit tinggi, untuk mengharapkan potensi return pada produk investasi yang konservatif.

Ada berbagai risiko yang perlu dipahami seorang investor sebelum mulai berinvestasi.  Pertama, risiko pasar yang berhubungan dengan naik turunnya nilai investasi akibat pergerakan pasar secara umum. Jika Indeks Harga Saham Gabungan  (IHSG) turun, maka pada umumnya sebagian besar harga-harga saham mengalami penurunan. Selain itu, reksa dana saham  juga otomatis mengalami penurunan. 

Kedua, risiko suku bunga yang berhubungan dengan pengaruh perubahan suku bunga terhadap nilai investasi. Acuan suku bunga sangat penting untuk menakar risiko investasi di pasar obligasi. Jika suku bunga mengalami kenaikan, harga obligasi akan turun, karena orang yang menyimpan dana di obligasi cenderung akan mengalihkan uangnya ke instrumen yang lebih aman yaitu deposito yang sama-sama berbasis suku bunga.

Bila harga obligasi turun, nilai investasi di produk obligasi atau reksa dana pendapatan tetap yang memiliki underlying obligasi akan cenderung bergerak turun.

Ketiga, risiko inflasi yaitu berkurangnya daya beli akibat kenaikan harga. Orang akan merasakan risiko inflasi jika hanya menyimpan uang di tabungan atau deposito. Dalam jangka panjang daya beli uang si penabung akan berkurang akibat terjadinya inflasi walaupun jumlah uang tidak berkurang.

Berikutnya adalah risiko nilai tukar mata uang. Contohnya, jika berinvestasi dalam produk yang menggunakan mata uang dolar AS dan terjadi penguatan  nilai rupiah tehadap dolar AS, maka ketika Anda ingin menukarkan dolar ke dalam rupiah, nilai uang yang diterima menjadi lebih sedikit.

Sebaliknya, jika memiliki kebutuhan dolar, dan Anda hanya menyimpan uang dalam rupiah, ketika rupiah melemah terhadap dolar AS, maka  nilai uang akan berkurang atau tidak lagi mencukupi kebutuhan dolar yang sebelumnya bisa diperoleh dari uang Anda.

Masih banyak risiko-risiko lain yang perlu dipelajari agar investor bisa mengelola dan mengantisipasi risiko yang ada. Lakukan evaluasi terhadap investasi secara berkala, agar bisa melakukan switching atau perpindahan portofolio secara berkala pula, menyesuaikan dengan risiko-risiko yang ada, agar bisa mengoptimalkan keuntungan dan meminimalkan risiko.

(mrt)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini