JAKARTA - Beberapa Situs Warisan Dunia UNESCO yang ada di Indonesia terancam dicabut statusnya. Hal tersebut dikarenakan banyak kerusakan yang terjadi, salah satunya di Hutan Hujan Tropis Gunung Leuseur, Sumatera; Taman Nasional Lorentz; serta subak di Bali.
Menurut Anto Motulz, travel blogger yang juga sebagai penikmat fotografi, selama ini belum ada kajian mendalam tentang bagaimana mengkonversi situs tersebut. Ia memberi contoh, katakanlah habitat ikan manta di Indonesia tinggal enam ekor, dengan masing-masing ikan seharga Rp2 juta. Jika ikan tersebut dijual oleh nelayan, mereka akan mendapatkan uang sebesar Rp12 juta hanya dalam sekejap. Akan tetapi, jika ikan tersebut dibudidayakan, dengan mendatangkan wisatawan, hasil per tahunnya bisa mencapai Rp30 juta lebih.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
“Nelayan itu tak perlu susah-susah bekerja. Dia cukup menjadi tour guide wisatawan yang ingin melihat populasi ikan manta tersebut dengan pungutan biaya masuk. Itu saya memberi contoh. Selama ini, belum ada hitung-hitungan seperti itu. Berapa kerugian yang ditaksir ketika puluhan hektare hutan terbakar dibanding harus terus dilestarikan sebagai wilayah konservasi?,” katanya ketika dihubungi Okezone, Senin (21/4/2014).
Pemilik akun Twitter @motulz ini menambahkan, ancaman UNESCO untuk mencabut status beberapa Situs Warisan Dunia UNESCO perlu dilakukan. Ini berguna sebagai ‘tamparan keras’ bagi Pemerintah Indonesia untuk lebih memperhatikan situs-situs atau warisan dunia yang dimiliki oleh bangsa ini sejak ratusan tahun lalu.
Ingin rafting gratis di Citarik? Buka link ini
(ftr)
