Share

Mandiri & BTN Tak Cocok, Perilakunya Tak Sama

Hendra Kusuma , Okezone · Senin 21 April 2014 16:36 WIB
https: img.okezone.com content 2014 04 21 457 973449 Yzzy5S1Cfs.jpg Ilustrasi. (Foto: Heru/Okezone)
A A A

JAKARTA - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berencana mengakuisisi saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Hal ini dilakukan, guna memperkuat lini bisnis BTN, karena akan mendapatkan suntikan modal.

Namun, pengamat perbankan, Deni Daruri, mengatakan jika benar akuisisi Mandiri terhadap BTN benar terjadi, maka kesempatan kedua bank tersebut untuk bertahan tidak akan besar.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Mandiri dan BTN itu tidak cocok, perilakunya tidak sama, kalau misalnya BTN diambil Mandiri, survival-nya hanya 35 persen," kata Deni di Galeri Cafe TIM, Jakarta, Senin (21/4/2014).

Menurutnya, core bisnis kedua perbankan pelat merah itu memang menjadi alasan utama keraguan seluruh pihak. Dia melanjutkan, tidak hanya dengan Mandiri, jika BTN diakuisisi oleh PT Bank Negara Indonesia (BNI) hanya menghasilkan survival rate sebesar 27 persen, sedangkan dengan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) hanya menghasilkan 38 persen.

Deni menambahkan, jika melihat stress test dengan rank test, mengacu suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 8,25 persen hingga 10 tahun ke depan, maka yang terjadi juga akan berbeda. Jika digabung dengan BNI, hanya menghasilkan probabilitas survival rate 13 persen, Mandiri 7 persen, dan BRI 18 persen.

"Ini memperlihatkan bahwa semakin rendah tingkat suku bunga, jika nilai loan deposit ratio tidak mengalami peningkatan berarti, justru tingkat survival BTN semakin kecil," tambahnya.

Oleh karena itu, dia mengusulkan akuisisi BTN kepada Mandiri tidak dilanjutkan. Padahal, jika tidak dilanjutkan survival rate BTN sendiri sebesar 78 persen.

"Kalau sendiri survival ratenya 78 persen, jadi saya usulkan enggak usah diambil siapa pun, sebuah pertaruhan yang berisiko tinggi, kalau mau besar tinggal diberikan dana tambahan dari pemerintah, atau bond rekapnya dibeli pemerintah," tukas dia.

(mrt)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini