Share

Perjuangan R.A Kartini Menghadapi Pre-eklampsia

Helmi Ade Saputra, Jurnalis · Senin 21 April 2014 17:16 WIB
$detail['images_title']
Pemeriksaan wanita hamil (Foto: Google)

SEMUA wanita tentu tahu siapa itu Raden Ajeng Kartini. Ya, Kartini adalah pahlawan yang memperjuangkan emansipasi wanita.Perjuangannya yang begitu besar tentu terus membekas di benak para wanita Indonesia hingga sekarang.

Namun banyak yang tidak tahu mengenai cerita kehidupan Kartini yang berjuang melahirkan anak pertamanya. Kartini meninggal setelah proses persalinan putra pertama pada tahun 1904.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Ibu kartini meninggal dalam usia yang masih muda dalam proses persalinan putranya yang pertama," ujar Kasubdit Ibu Bersalin dan Nifas Kemenkes, dr. Riskiyana Sukandhi Putra, M.Kes pada diskusi media Soho Global Health di Royal Kuningan Hotel, Jakarta, belum lama ini.

Ibu Kartini meninggal dunia empat hari sesudah melahirkan putra pertamanya, Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat pada tanggal 17 September 1904. Ketika proses persalinan Soesalit, Kartini mengalami pre-eklamsia dan empat hari kemudian ia meninggal dunia.

Sementara, menurut Obstetri dan ginekologi Siloam Hospital Semanggi, dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin SpOG, pre-eklampsia memang sering sekali terjadi ketika proses persalinan, begitu pula yang dialami R.A Kartini. Lantas, apa sebenarnya pre-eklampsia?

"Ibu Kartini meninggal karena proses persalinan mengalami pre-eklampsia, yaitu kematian ibu yang sering terjadi akibat perdarahan setelah persalinan, darah mengalir seperti kran," jelas dr. Ardiansjah.

Oleh karena itu, di kesempatan yang sama dr. Riskiyana juga mengajak masyarakat mengenang tokoh Ibu Kartini bukan hanya sebagai tokoh perempuan Indonesia, tetapi juga sebagai Ibu yang meninggal karena harus berjuang dalam proses melahirkan.

(ren)