Share

Chique, Flooring Bulu Ayam ala Anak Prasmul

Margaret Puspitarini , Okezone · Rabu 23 April 2014 21:15 WIB
https: img.okezone.com content 2014 04 23 372 974857 mc5NMBlnlU.jpg Erwin Sidarta, penggagas florring bulu ayam. (Foto: Margaret Puspitarini/Okezone)
A A A

JAKARTA - Paket flooring dari kayu atau bambu sudah biasa. Tapi jika terbuat dari bulu ayam, itu baru luar biasa. Karya tersebut lahir dari tangan lima mahasiswa Prasetya Mulya Business School (PMBS).

Hadir mewakili timnya, Maria Nike Janeta dan Erwin Sidarta hadir memaparkan ide bisnis mereka yang bertajuk Chique dalam Media Gathering PMBS 2014. Pada kesempatan itu, Nike menjelaskan, paket flooring dari bulu ayam memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan material kayu atau bambu.

Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Ini bukan dari kayu, tapi paket flooring dari bulu ayam. Ada beberapa keuntungan penggunaan bulu ayam sebagai paket flooring. Pertama, paket flooring bulu ayam lebih tahan air dan rayap. Kedua, Chique juga merupakan insulaor panas yang baik dalam sebuah rumah atau bangunan," tutur Nike di Penang Bistro, Kebon Sirih, Jakarta Selatan, belum lama ini.

Lalu, bagaimana cara pembuatan paket flooring tersebut? Nike mengungkap, langkah awal yang dilakukan dalam pembuatan produk tersebut ialah mencuci bulu ayam hingga bersih dan steril dengan menggunakan alkohol.

"Kami mencuci bulu ayam agar steril dan bersih. Menggunakan alkohol dalam mencuci sehingga tidak ada kotoran maupun kuman penyakit yang terbawa. Setelah bersih, pisahkan bulu ayam dengan tulang yang terdapat di bagian tengah bulu. Kemudian, bulu-bulu tadi diproses dan siap dicetak menjadi paket flooring," urainya ramah.

Meski masih berupa prototipe dan terus dikembangkan, produk yang diciptakan pada Mei 2013 itu telah mengikuti sejumlah kompetisi bergengsi tingkat internasional. Erwin Sidarta menyebut, mereka pernah mengikuti dua kompetisi internasional, yaitu MAI Bangkok Business Challenge dan Global Social Venture.

"Pada MAI Bangkok Business Challenge, itu kompetisi bisnis tapi bersifat sosial. Dilihat kemampuan usaha tersebut bertahan lama serta kemungkinan untuk mengaplikasikan ide bisnis tersebut dalam kehidupan nyata. Dari 48 tim yang berasal dari 13 negara, sebanyak 16 tim masuk ke final termasuk kami," kata Edwin.

Sayang, dalam kompetisi tersebut, Edwin dan kawan-kawan belum berhasil meraih juara. Mereka hanya meraih penghargaan Best Venture Exhibit (Peserta Pameran Terbaik).

"Kami dinilai sebagai bisnis yang memiliki dampak sosial cukup baik walaupun merupakan bisnis yang masih terbilang baru sementara saingan kami merupakan bisnis yang sudah berjalan lama. Memang tidak menang, tapi dapat beberapa award. Yang paling penting dapat pengalaman berharga dan membangun jaringan," tutupnya.

(ade)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini