Share

Gak Masalah Kok Pakai Dua Kurikulum

Margaret Puspitarini , Okezone · Rabu 23 April 2014 18:33 WIB
https: img.okezone.com content 2014 04 23 373 974763 3zKCG6Wwa4.jpg Ilustrasi. (Foto: Heru Haryono/okezone)
A A A

JAKARTA - Agar lulusannya mampu bersaing di tingkat internasional, sekolah di Tanah Air pun menambahkan kurikulum nasional dengan kurikulum internasional. Salah satu kurikulum yang kerap digunakan sejumlah sekolah ialah milik Cambridge.

Pertanyaan yang kemudian muncul ialah, bagaimana kedua kurikulum tersebut dapat berjalan seiring? Apakah kedua kurikulum itu saling melengkapi atau justru bertolak belakang?

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Menurut Schools Development Manager Cambridge International Examinations Indonesia Gusti Reynaldie, kurikulum Cambridge pertama kali diadopsi di Indonesia oleh British International School pada 2001. Kini, jumlah sekolah pengadopsi kurikulum Cambridge mencapai 167 sekolah dan 90 di antaranya berada di Jakarta.

Didi -begitu panggilan akrabnya- menyebut, sekolah pengadopsi kurikulum tersebut tidak hanya sekolah internasional saja, tapi juga sekolah negeri maupun swasta. Bahkan tidak jarang sekolah tersebut mengombinasikan kurikulum Cambridge di sejumlah mata pelajaran dan tetap menerapkan standar nasional.

"Banyak sekolah di Indonesia yang menggunakan dua kurikulum itu bersamaan. Mentari International School, misalnya yang menjalankan dua kurikulum. Bagaimana aplikasinya? Mereka melakukan studi banding dan ada forum guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing kurikulum," tutur Didi, di Raffles International Christian School Indonesia (RICS) Pondok Indah, Jakarta Selatan, Rabu (23/4/2014).

Pendapat tersebut turut diungkapkan Direktur Regional Asia Pasifik Cambridge International Examinations, Ben Schmidt. Menurut Schmidt, tidak ada keinginan Cambridge untuk bersaing dengan kurikulum nasional yang ditetapkan oleh pemerintah di tiap negara melainkan melengkapi kurikulum nasional.

"Kami bermaksud untuk menambahkan pengembangan dari kurikulum yang sudah ada karena banyak yang berminat. Tidak ada keinginan untuk mengganti kurikulum nasional tapi justru saling dukung," kata Schmidt.

Setiap sekolah yang menerapkan kurikulum Cambridge, lanjutnya, tetap bisa mengikuti Ujian Nasional (UN). Bahkan, menurut beberapa pengalaman siswa dari sekolah yang mengadopsi kurikulum Cambridge dan ingin mengikuti UN, materi yang diberikan tidak jauh berbeda.

"Hampir sekira 80 persen materi yang diberikan ketika UN sama dengan materi yang kemi berikan. Bedanya materi dalam kurikulum Cambridge diberikan dalam bahasa Inggris, sementara UN menggunakan bahasa Indonesia. Tinggal diganti saja bahasanya," paparnya.

(ade)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini