JAKARTA - Rencana akuisisi PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dianggap tidak transparan dan terkesan tertutup. Hal tersebut karena selama ini kinerja BTN dianggap sehat.
"Kami menolak akuisisi BTN, namun kami sangat mendukung BTN untuk menjadi bank khusus," kata Sekjen Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Endang Kawidjaja di Kadin, Rabu (23/4/2014).
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
Menurutnya, rencana akuisisi tersebut tidak seharusnya dilakukan saat Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2014. Pasalnya, hal tersebut akan berdampak pada kondisi politik di tahun ini.
Selain itu dia melihat penjualan saham BTN oleh Pemerintah seharusnya dilakukan pascapilpres 2014 dan menunggu situasi politik sedikit mereda.
"Akuisisi BTN ini tidak seharusnya menjelang Pilpres, kalau perlu dikaji setelah Pilpres. Sebaiknya dilakukan dengan analisa yang matang dan waktu yang cukup," ujarnya.
Endang menambahkan, jika memang Pemerintah menginginkan Bank Mandiri lebih besar dan kuat. Maka, tidak semestinya melakukan akuisisi kepada Bank BTN.
Karena, jika Bank BTN diakuisisi Bank Mandiri, dikhawatirkan Bank BTN bakal beralih ke bank yang tidak fokus (korporasi). "Kenapa Mandiri meski ingin akuisisi BTN, karena nanti akan kehilangan bank fokus seperti Bank BTN, ditakutkannya seperti itu,"tambahnya.
Endang menjelaskan, proyek Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang diarahkan Pemerintah, ditakutkan bakal mandek dan tertinggal.
"Disinilah risiko yang kita hadapi kalau hasil akuisisi ini ke arah korporasi banking, maka dikhawatirkan fokus FLPP ini yang ada di Bank BTN akan tertinggal, dan sebenarnya kemampuan BTN di 2013 belum menjadi kendala," tutupnya.
(mrt)