JAKARTA - Semakin mahalnya harga dan semakin terbatasnya lahan di Jakarta menuntut pengembang untuk kreatif mengolah lahan yang ada. Bahkan, kenaikan harga lahan di Jakarta termasuk termasuk kategori gila-gilaan di Asia.
Menurut Head of Research Jones Lang LaSalle Anton Sitorus, untuk mensiasati hal tersebut pengembang saat ini banyak yang memulai pemembangunan konsep mixed used. Dan menurutnya tren Jakarta akan mengarah kesana.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
"Mixed used ini cocok dipakai dalam konsep urban untuk masa depan. Harga tanah yang makin mahal, dan tanah makin susah didapat. Kalau bangun mixed used ini lahan yang dibutuhkan tak banyak," ucapnya di acara Jakarta Property Market di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Rabu (23/4/2014).
Menurutnya, melalui konsep pembangunan mixed used ini pengembang dapat membangun berbagai macam proyek seperti hotel, hunian vertikal, mal dan pusat perbelanjaan. Selain itu, di samping hanya membutuhkan lahan yang tak banyak, konsep mixed used ini nantinya dapat dijadikan sebagai recouring income para pengembang.
"Seperti dengan membangun mal dan hotel. Ini kan bisa menambah recouring income. Atau membangun perkantoran, ini bisa menambah modal pengembang," tambahnya.
Tidak hanya itu, pembangunan mixed used ini otomatis bisa memperbanyak lahan hijau. Dirinya menyebut, saat ini proyek mixed used ini sudah mulai banyak dilirik sejumlah pengembang.
"Sebut saja pengembang-pengembang besar yang sudah dahulu membuat proyek ini seperti Lippo, lalu Sinar mas. Pokoknya pengembang besarlah," tutupnya.
(wdi)