Share
Advertisement

21% Guru Jadi Korban Cyberbullying

Andina Librianty , Jurnalis-Rabu 23 April 2014 16:59 WIB
Ilustrasi (Foto: Reuters)
Ilustrasi (Foto: Reuters)
A
A
A
LONDON - Cyberbullying adalah fenomena yang tidak hanya menghantui anak muda, tapi juga orang dewasa. Setidaknya hal ini terlihat dalam sebuah studi baru serikat guru terbesar di Inggris, NASUWT.
 
Menurut studi NASUWT, 21 persen guru-guru dilaporkan menjadi korban Cyberbullying. Para guru mengatakan bahwa murid-murid dan orang tua mem-posting komentar mengenai mereka di website media sosial.
 
Diketahui 64 persen komentar negatif berasal dari murid, 27 persen dari orangtua, dan 9 persen dari keduanya. Demikian seperti dilansir Softpedia, Rabu (23/4/2014).
 
Komentar negatif berisi penghinaan dengan bahasa ofensif kerap menyinggung kompetensi, penampilan, bahkan seksualitas guru. Dari seluruh guru yang menjadi responden NASUWT, 47 melaporkan menerima komentar melecehkan dari murid, sedangkan 50 persen mengomentari kinerja mereka.
 
26 persen responden mengatakan bahwa foto dan video mereka diambil tanpa izin dan di-posting di website media sosial.
 
Sedangkan soal orangtua, 57 persen guru menerima komentar yang bersifat penghinaan dan 63 persen mengeluhkan tentang kinerja mengajar mereka.
 
Sama seperti kasus cyberbullying yang terjadi pada anak muda, kasus yang dialami oleh para guru juga sering tidak dilaporkan. 58 persen yang menerima komentar negatif tidak melaporkan kejadian tersebut kepada polisi atau kantor mereka.
 
21 persen yakin bahwa cyberbullying yang diterima tidak serius, 64 persen merasa tidak bisa melakukan apa pun untuk menghentikannya. Satu dari 10 responden mengatakan bahwa mereka terlalu malu untuk melapor.
 
"Teknologi telah mengubah kehidupan sosial dan kerja dari banyak guru dan pengalaman belajar murid. Namun kita harus melindungi para guru dari penyalahgunaan media sosial oleh para murid dan orangtua," jelas General Secretary NASUWT, Chris Keates.
 
Diungkapkannya, para guru kerap merasa terpukul dan mengalami trauma oleh serangan yang dilakukan terhadap mereka di media sosial.
 
"Sekolah membutuhkan kebijakan yang mencegah penyalahgunaan dan menentukan sangsi untuk orangtua dan murid yang menyerang staf. Sekolah juga harus mendukung staf dalam mencegah material menyerang dari website media sosial dan mendukung staf bersangkutan untuk melapor ke polisi," lanjut Keates.
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
Topik Artikel :
Telusuri berita techno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement