Share

Kampus "Kandang Ayam" Juga Bisa Bermutu, Asalkan...

Rifa Nadia Nurfuadah , Okezone · Kamis 24 April 2014 18:09 WIB
https: img.okezone.com content 2014 04 24 373 975288 cuWjSwukXo.jpg Fasilitas fisik tidak menjadi faktor utama yang menentukan kualitas kampus. (Ilustrasi: Rifa Nadia/Okezone)
A A A

JAKARTA -  Tidak semua kampus mentereng dengan gedung megah dan mewah memiliki kualitas pendidikan yang bagus. Sebaliknya, tidak semua kampus dengan fasilitas minim dan gedung kuliah jelek bermutu rendah pula.

Kuncinya, ujar Rektor Universitas Tarumanagara (Untar) Prof. Ir. Roesdiman Soegiarso, M.Sc. Ph.D, adalah pada tenaga pendidik alias dosen hingga guru besar yang dimiliki kampus tersebut. Menurut Roesdiman, guru besar menjadi fondasi bagi terselenggaranya pendidikan tinggi berkualitas.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Mahasiswa pintar, dosen pintar tetapi kampusnya seperti kandang ayam; maka perguruan tinggi itu bisa unggul. Sebaliknya, gedung kampus mewah, mahasiswa pintar tetapi dosennya tidak bermutu; maka kualitas kampus tersebut pun tidak akan baik," ujar Roesdiman, ketika berbincang dengan Okezone di Auditorium Untar, Jakarta, Kamis (24/4/2014).

Analogi ini, kata Roesdiman, menunjukkan betapa vitalnya peran dosen bagi perguruan tinggi. Dosen yang baik dan bermutu akan melahirkan pendidikan tinggi dan anak didik yang berkualitas pula.

Guru Besar bidang Teknik Sipil ini mengimbuhkan, dosen menempati posisi pertama pada faktor-faktor penting yang membentuk keunggulan kampus. Faktor berikutnya adalah pengajaran, jaringan internet yang kuat dan fasilitas yang baik dan mumpuni.

"Karena itulah kami di Untar memotivasi para dosen untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas," imbuhnya.

Salah satu program yang diusung Roesdiman adalah mendorong dosen-dosen Untar meraih gelar guru besar. Dia meyakini, para dosen sebaiknya tidak hanya bisa mengajar, tetapi juga menjadi profesor.

"Tentu saja bukan sekadar guru besar, tetapi profesor yang memiliki 'impact factor,'" tutur Roesdiman.

(rfa)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini