Share

Tadinya Homesick, Sekarang Malas Pulang

Rachmad Faisal Harahap , Okezone · Jum'at 25 April 2014 16:03 WIB
https: img.okezone.com content 2014 04 25 560 975751 YfcoSsy7qd.jpg Pelajar Akademi Siswa Bangsa Internasional (ASBI). (Foto: Rachmad Faisal/Okezone)
A A A

BOGOR - Gimana rasanya "dikarantina" tiga tahun untuk belajar di sekolah? Jauh dari keluarga, sahabat, dan orangtua kita sendiri. Pastinya siswa-siswa ini kehilangan sosok terdekat dalam hidup, mereka yang sebelumnya selalu satu atap dan selalu bersedia membantu.

Itulah risiko yang akan kita alami jika memilih sekolah berasrama. Misalnya, Mochammad Ragah Khalifah. Pelajar Akademi Siswa Bangsa Internasional (ASBI) Bogor, ini kerap merasakan home sick alias kangen berat dengan rumah dan keluarga. Menurut Ragah, dia merasa home sick karena masih belum kenal dengan teman-teman sebayanya.

Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Saat saya kelas X, saya merupakan angkatan yang pertama dan masih sedikit siswanya. Teman-teman di sini juga dari berbagai suku dengan keragaman budaya, bahkan logat bicara pun berbeda-beda. Tetapi saya hanya merasakan home sick di semester pertama saja, lambat laun saya senang dan betah di sini," ujar siswa kelas XII IPA asal Lampung itu saat berbincang dengan Okezone, belum lama ini.

Meski tidak bisa sembarangan keluar asrama, Ragah mengaku, betah. Pasalnya, siswa ASBI memiliki banyak kegiatan.

"Entah itu dalam rangka kesenian dan lain sebagainya," ucapnya.

Di ASBI, Ragah tinggal di group house Komodo. Dia berbagi kamar dengan tiga siswa. Peraih beasiswa dari Exxon Mobil itu bercerita, beasiswalah alasannya memilih sekolah di bawah payung Putera Sampoerna Foundation (PSF) ini sebagai tempat studi.

"Saya tidak ingin membebani orangtua," ungkap pegiat ekskul pencak silat dan sepak bola.

Antusiasme yang sama dirasakan siswi ASBI lainnya, Endras Tia. Dari awal, dia bersemangat untuk belajar di sekolah berasrama.

"Waktu saya lulus SMP, sebenarnya saya sudah diterima di SMA Negeri 28 Jakarta, tapi saya tolak karena saya dapat bantuan dari ASBI. Awalnya disuruh daftar dan saya tertarik juga karena ini merupakan bantuan pendidikan," kata siswi asal Jakarta itu.

Menurut siswi yang tinggal di group house Mantaray (Ikan Pari), sekolah berasrama sendiri memiliki tujuan untuk melatih kemandirian. Di ASBI-lah Tia pertama kali belajar mencuci. Dia juga belajar bertoleransi dengan sesama siswa.

"Dulu ada yang sebal sama roomate saya, siswa dari Cimahi dan Aceh; ada yang blak-blakan dalam bertindak. Kami ganti roomate tiap semester," kata siswi yang juga mendapatkan bantuan studi dari Exxon Mobil itu.

Selain itu, menurut siswi asal Blora, Arum Megadistya, home sick adalah sesuatu yang wajar dirasakan para siswa di sekolah berasrama. Di masa awal masuk asrama, Arum sangat merindukan sang ibu.

"Karena saya adaptif, awal-awalnya saja home sick, semester selanjutnya jadi males pulang," kata siswi group house Shark (Hiu) itu.

(rfa)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini