Share

Detergen Alami dari Getah Pohon Biduri

Margaret Puspitarini , Okezone · Selasa 22 Juli 2014 09:02 WIB
https: img.okezone.com content 2014 07 21 372 1016023 5K5XR649Dd.jpg Foto : Detergen Alami dari Getah Pohon Biduri/UB
A A A

JAKARTA - Salah satu penyumbang polusi air adalah zat aktif surfaktan Alkil Benzena Sulfonat (ABS) dan Linear Alkil Sulfonat (LAS) pada produk detergen. Selain mencemari air, kandungan ABS dan LAS juga memiliki dampak negatif bagi kesehatan dan menyebabkan iritasi kulit.

Ironisnya, kebutuhan penggunaan detergen terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk. Berangkat dari kepedulian itu, lima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) Malang menghadirkan solusi berupa detergen alami.

Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Mereka ialah Devy Setyana, M Arham, Sugiyati Ningrum, Anggi Nurvianti, dan Nur Oktavia Suci. Di bawah bimbingan Endrika Widyastuti dan Nur Ida Panca, mereka menciptakan detergen alami berbahan ekstrak getah biduri (Calotropis gigantae) dengan teknologi nano bernama Bio-Nano Surf.

Selaku Ketua Tim Devy Setyana mengatakan, kelompoknya sengaja memilih getah tanaman biduri sebagai bahan baku detergen, sebab cgetah tanaman biduri memiliki kandungan saponin dan enzim protease yang mampu bertindak sebagai detergen alami.

“Saponin adalah jenis glikosida yang dapat membentuk buih dalam air serta dapat mengangkat kotoran dan menurunkan tegangan air, sedangkan protease adalah enzim yang dapat merombak protein. Dengan demikian, keberadaan enzim protease dapat membantu kinerja saponin dalam membersihkan noda karena kemampuannya dalam memecah protein yang merupakan salah satu komponen utama kotoran pakaian,” kata Devy, seperti dikutip dari laman resmi UB Prasetya Online, Selasa (22/7/2014).

Devi menjelaskan, biduri merupakan tanaman lokal Indonesia yang ketersediaannya cukup melimpah. Tanaman ini termasuk mudah tumbuh dan tidak bersifat musiman tapi masih minim pemanfaatan.

"Bahkan sebagian masyarakat masih menganggap hama karena mengandung kalsium oksalat yang menyebabkan gatal-gatal. Padahal dengan netralisasi menggunakan HCl pada konsentrasi aman sebesar 0,2–1 persen, hal itu dapat diatasi sehingga kita bisa mengambil manfaat dari saponin dan protease yang dimilikinya,” paparnya.

Dia menyebut, proses pembuatan detergen alami itu menggunakan nanoteknologi sebagai suatu rekayasa molekuler yang mengubah partikel berskala nanometer. Nanoteknologi ini akan meningkatkan kemampuan detergen untuk membersihkan noda.

"Hal ini dikarenakan makin kecil partikel akan makin memudahkan masuk ke serat kain terkecil. Selain itu partikel nano yang berukuran kecil juga akan meningkatkan daya degradasi deterjen sehingga lebih  mudah diurai oleh mikroorganisme," tutur Devy.

Proses nanofikasi tersebut, lanjutnya, menggunakan mesin pengering beku pada suhu minus (freeze drying) yang mampu mengecilkan partikel detergen sampai 800 nanometer. Teknologi ini juga memungkinkan terbentuknya kristalisasi ekstrak getah biduri sehingga menjadi bubuk.

Devy mengaku, penemuan tersebut telah melalui serangkaian uji coba. "Setelah mengalami proses pengujiian yang dilakukan dengan mencuci noda coklat pada kain dengan perendaman lima menit dan pengucekan satu menit, terbukti detergen alami berbahan getah biduri ini mampu menyamai kemampuan deterjen komersial," ungkapnya.

Selain itu dilakukan pula uji toksisitas dan nilai baku mutu limbah detergen untuk menguji tingkat kemampuan terurai di alam (biodegradable) pada detergen alami getah biduri. Terbukti nilai baku mutu limbah detergen getah biduri lebih rendah dari batas maksimum ketetapan baku mutu limbah pada detergen komersial sehingga lebih ramah lingkungan.

Saat ini hasil penelitian “Bio-Nano Surf”  sudah didaftarkan untuk memperoleh hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dan akan diikutkan pada konverensi ilmiah di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Selandia Baru.

(mrg)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini