Share

Diduga Hamili Siswa SMK, Raja Solo Dilaporkan ke Polisi

Bramantyo , Okezone · Senin 21 Juli 2014 19:10 WIB
https: img.okezone.com content 2014 07 21 511 1015926 ULDcc6drQw.jpg Diduga Hamili Siswa SMK, Raja Solo Dilaporkan ke Polisi (Foto: Bramantyo/Okezone)
A A A

SUKOHARJO - Seorang pelajar SMK berinsial At, asal Solo terpaksa melaporkan Raja Kasunanan Surakarta, Susuhan Paku Buwono (PB) XIII, ke Polres Sukoharjo. Pasalnya, remaja tersebut mengaku mengalami tindak pelecehan seksual oleh PB XIII di sebuah hotel di wilayah Sukoharjo, Jawa Tengah. Akibatnya kini remaja itu mengaku sudah hamil empat bulan.

Didampingi pengacaranya Asri Purwanti, korban perkosaan itu melapor ke Polres Sukoharjo, Senin (21/7/2014) untuk melaporkan PB XIII dan temannya yang berinitial YSF.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Perkenalan korban dengan penguasa dinasti Mataram tersebut dikenalkan oleh kawannya. Korban merupakan remaja dari keluarga yang tidak mampu. Ibunya telah lama meninggal dunia dan saat ini hidup bersama kakaknya.

Bulan Maret lalu korban bertemu kembali dengan teman semasa SMP yakni YSF. Korban curhat kepada temannya tidak memiliki uang untuk biaya sekolah. Kemudian YSF menawarkan pekerjaan namun tidak jelas jenis pekerjaannya. YSF hanya menyebutkan kerjaanya ringan hanya menemani di cafe saja.

Singkat cerita, YSF mengenalkan korban pada laki-laki yang akhirnya mengaku sebagai PB XIII. Korban kemudian dibawa masuk ke mobil. Dan di dalam mobil ditawarkan sebuah permen. Setelah dimakan kepalanya menjadi pusing dan tak sadarkan diri. Kemudian dibawa masuk ke sebuah hotel di Sukoharjo.

"Klien kami disetubuhi pelaku di dalam hotel. Ketika diantarkan kembali pada temannya YSF, pelaku memberi uang Rp2 juta. Klien kami mendapat Rp700 ribu. Setelah kejadian itu klien kami tidak datang bulan, dia hamil. Korban juga mengalami keputihan hingga saat ini. Dia mengalami depresi akibat kejadian tersebut," jelas Asri kepada wartawan.

Karena tidak ada kepastian tanggung jawab, maka keluarga korban melaporkan PB XIII ke polisi. Korban merasa yakin yang melakukan adalah benar PB XIII. Ketika ditunjukkan fotonya, korban membenarkan itu pelakunya.

"Klien kami juga siap menjalani tes DNA jika anaknya sudah lahir," tegasnya.

Terpisah, salah satu adik PB XIII, GPH Suryowicaksono, saat dikonfirmasi mengaku prihatin dengan kejadian tersebut.

Dirinya juga juga mengkritisi agar PB XIII tidak sembrono dalam berperilaku, mengingat sebagai pemimpin adat seharusnya bisa sebagai teladan bukan justru merusaknya. Nama kraton tentu dipertarukan.

"Ini negara hukum, jadi biarlah proses hukum dijalankan, hukum harus ditegakkan, tak ada beda antara rakyat dan raja. Kita tunggu proses hukumnya nanti," jelasnya.

Menyangkut kemungkinan adanya pihak-pihak lain yang kemungkinan merekayasa pelaporan ini dengan tujuan menggagalkan rekonsiliasi dwi tunggal Keraton, Nino -panggilan akrabnya- tak mau berandai-andai.

Menurutnya, soal rekonsiliasi ada di tangan Presiden SBY. Namun hingga saat ini SBY belum ada aksi nyatanya dalam menyelesaikan kemelut kraton. Padahal, ungkap Nino, SBY berjanji akan menyelesaikan konflik ini setelah pileg.

"Ini soal kasus hukum biasa, yang dulu juga pernah dialami Sinuwun Hangabei tiga tahun yang lalu, jadi tak ada kaitannya dengan rekonsiliasi," pungkasnya. (sus)

 

(ris)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini