Share

Program Campuran 20% Biodisel Hemat USD6 Miliar

Widi Agustian , Okezone · Kamis 24 Juli 2014 13:48 WIB
https: img.okezone.com content 2014 07 24 19 1017477 yNUxwgfkOR.jpg Program campuran 20 persen biodisel hemat USD6 miliar. (Foto: Okezone)
A A A

JAKARTA - Diperlukan langkah terobosan untuk mengurangi beban APBN di sektor energi. Salah satunya dengan mengembangkan energi alternatif berupa percepatan program pencampuran fatty acid methyl ester atau biodiesel dari 10 persen (B10) menjadi 20 persen (B20).

"Ini tak hanya sekedar di sektor transportasi tapi juga sektor industri, termasuk penggunaan di PLN," kata Ketua Umum Asosiasi Produsen Biodiesel (Aprobi) MP Tumanggor dalam keterangan tertulisnya, Kamis (24/7/2014).

Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Biodiesel merupakan bahan bakar nabati (BBN) yang dicampurkan ke BBM. Campuran itu sebanyak 20 persen yang kemudian disebut dengan biodiesel 20 persen (B20). Saat ini, pencampuran BBN sebesar 10 persen, dan rencananya penerapan B20 dilakukan pada 2016.

“Jika program percepatan B20 ini berhasil akan mampu menghemat keuangan negara sebesar USD6 miliar per tahun. Saat ini B10 telah menghemat uang negara sebesar USD3 miliar per tahun,” ujar Tumanggor.

Tumanggor yakin bahwa percepatan dari B10 menjadi B20 ini akan berjalan mulus karena 23 anggota Aprobi yang merupakan perusahaan crude palm oil (CPO) siap mengembangkan biodiesel.

“Dalam beberapa kali rapat dengan baik dengan menko perekonomian, menteri perindustrian, menteri ESDM, menteri perdagangan dan lainnya, hampir seluruh pengusaha sawit yang tergabung dalam Gapki dan Aprobi menyatakan siap menyuplai kebutuhan dalam negeri dalam jangka pendek maupun jangka panjang jika pemerintah menetapkan B20,” ujarnya.

Kesiapan anggota Aprobi ini juga didukung oleh jumlah produksi CPO Indonesia yang telah mencapai 30 juta ton per tahun dengan jumlah ekspor sekitar 20 juta ton per tahun. Ini berarti kebutuhan dalam negeri sekitar 10 juta ton per tahun, termasuk untuk industri makanan dan biodiesel. Kondisi ini akan semakin meningkat pada 2020, di mana produksi CPO meningkat menjadi 40 juta ton.

Dalam hitungan kasar,  sekitar 1 juta ton CPO per tahun dapat diolah menjadi 20 barel biodiesel per hari.

“Dengan meningkatnya produksi biodiesel tentu akan mempengaruhi harga CPO dunia. Kalau harga CPO dunia naik, maka bea keluar yang diperoleh pemerintah dari ekspor juga akan mengalami kenaikan. Ini berarti energy security akan tercapai,” ujarnya.

(wdi)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini