Share

Saksi Ahli: Kebakaran Tak Rusak Lahan Gambut SPS

Rizka Diputra , Okezone · Jum'at 25 Juli 2014 14:56 WIB
https: img.okezone.com content 2014 07 25 339 1018102 uuvTuF0eIT.jpg Ilustrasi (Foto: Dok Okezone)
A A A

JAKARTA - Pakar kebakaran gambut dari Universitas Tanjungpura (Untan), Pontianak, Kalimantan Barat, Gusti Z Anshari berpendapat bahwa kebakaran kebun PT Surya Panen Subur (SPS) di wilayah Nangroe Aceh Darussalam (NAD) tidak merusak gambut.

 

Pasalnya, kebakaran hanya terjadi di permukaan kebun. "Ada bekas-bekas tanda kebakaran. Tanah itu bagus, kalau terbakar suka ada arang-arang. Kebakaran di sana hanya di lapisan atas, terutama kayu-kayu," kata Gusti saat bersaksi dalam kasus dugaan kebakaran kebun di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, kemarin.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

 

Ahli yang meneliti pengaruh kebakaran terhadap pencemaran tanah ini juga menjelaskan, perlu mengambil sampel tanah dari lahan yang terbakar dan tidak terbakar untuk diuji di laboratorium.

 

"Cara ambil sampel kita paka alat bor untuk gambut. Ada tiga laporsa, pertama, kedua, dan ketiga. Kita analisis kadar PH, abu, dan air di lab," imbuhnya.

 

Gusti menambahkan, kebakaran lahan di lahan SPS merupakan kebakaran permukaan (surface fire), karena kebakaran tidak berlangsung lama, yakni hanya sekira empat hari.

 

Kebakaran di lahan SPS, lanjutnya, merupakan kebakaran tidak sempurna karena masih ditemukan sejumlah arang-arang kayu. Namun dia tidak bisa memastikan penyebab kebakaran.

 

Saya hanya bisa berikan asumsi, ini musibah karena lahan sudah ditanami sawit. Sedangkan kebakaran sengaja itu kawasan-kawasan yang baru dibuka," terangnya.

 

Sementara saat kuasa hukum tergugat SPS bertanya, apakah kebakaran itu berdampak pada polusi gas rumah kaca, Gusti mengaku sulit memastikannya, lantaran belum ada penelitian kebakaran itu menyatakan adanya pengaruh terhadap emisi rumah kaca.

 

"Ini tidak langsung jadi penyebab pemanasan global, karena ada yang diserap kembali oleh tanaman, pelangton di laut. Terlalu sulit untuk simpulkan terjadi pemanasan global karena hanya satu kali kebakaran. Saat ini panas karena banyak terjadi akibat pembakaran BbM dan energi fosil," paparnya.

 

Efek gas rumah kaca dari kebakaran lahan tersebut lanjutnya, kemungkinan bisa dihitung jika pada saat kebakaran ada pengambilan sampel asap.

 

"Misalnya di kabut asap berapa kandungannya. Ini bisa diukur saat terjadi kebakaran dengan ambil sampel, tanpa itu sulit untuk diukur," tandasnya.

(ded)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini