SURABAYA - Kota Surabaya dikenal sebagai surga kuliner. Terlebih saat Ramadan ini sejuta kuliner berjamur di kota pahlawan ini. Nah, bagaimana jika Ramadan berbuka dengan sate klopo Tiara.
Warung sate klopo Tiara memang menjadi menu berbuka puasa. Terletak di ujung Jalan Pacar Kembang, Surabaya. Sate Tiara ini disajikan dengan daging sapi yang dibalur dengan parutan kelapa. Warung sate ini beroperasi hingga pukul 00.00 WIB. Sate Klopo Tiara ini memang dagingnya empuk dengan gajih yang gurih. Manis bumbu sate yang menyatu dalam balutan resep rahasia dari Madura. Rata-rata dalam sehari, warung warisan Mbah Biarna, sang pemilik bisa menghabiskan delapan kilogram daging sapi untuk dijual menjadi sekitar 16 ribu tusuk sate kelapa.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
Ahmad, penjual sate Klopo yang juga cucu dari Mbah Biarna mengaku, resep sate ini merupakan warisan turun temurun. Sejak 1960 Mbah Biarna merantau ke Surabaya mengadu nasib dan berjualan keliling sate kelapa (Klopo).
"Menjelang tahun 90-an, pelanggan Ibu (Mutiara) bertambah banyak dan usaha kami pun berkembang pesat. Sempat pindah beberapa kali namun tidak terlalu jauh sehingga pelanggan selalu dapat menemukannya, nama sate Tiara diambil dari nama beliau yang membesarkan usaha ini," kata Ahmad, Kamis (24/7/2014).
Sate daging sapi memang tidak begitu terkenal di Madura. Karena, di Madura yang lebih familier adalah sate ayam sebagai menu khasnya. Parutan kelapa yang berikan ini dibumbuhi racikan rempah rahasia turun temurun lalu ditaburkan hingga menutupi potongan daging sapi yang sudah ditusuk.
"Selanjutnnya tinggal dibakar menggunakan arang sampai matang atau sesuai selera pembeli," jelasnya.
Soal harga cukup bersahabat karena 10 tusuk cukup merogoh kocek sebesar Rp16 ribu. Jumlah tersebut belum ditambah minum. Kini sate Tiara semakin dikenal.
"Warung kami tidak pernah sepi, selalu ada yang datang untuk makan atau dibungkus ke rumah. Tidak jarang pembeli dari luar kota membawa ratusan tusuk untuk oleh-oleh keluarganya," pungkas dia.
(jjs)