Share

Memaknai Ramadan Penuh Berkah

Jum'at 25 Juli 2014 15:46 WIB
https: img.okezone.com content 2014 07 25 95 1018134 71nWpQimrW.jpg Asriatun. (Foto: dok. pribadi)
A A A

MUNGKIN ini hanya secuil tulisan sederhana yang ingin menggugah pikiran pembaca. Bagaimana sejatinya memaknai Ramadan dengan penuh semangat, keikhlasan dan ketidakmubaziran.  

Makna Puasa di Bulan Ramadan

 

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Berpuasa merupakan salah satu rukun Islam berupa ibadah menahan diri dari makan dan minum dan segala hal yang dapat membatalkan  mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Puasa juga persoalan menahan diri dari bujuk rayu hawa nafsu.

 

Tidak sekedar menahan lapar dan haus, puasa adalah bagaimana kita membatasi diri untuk tidak memenuhi setiap hawa nafsu yang bernilai negatif. Bagaimana kita menahan diri untuk tidak mudah marah, menahan diri untuk tidak bergunjing dan menahan diri dari segala hal yang menjerumuskan kepada tindakan pemubaziran dan pemborosan selama bulan Ramadan.

 

Salah satu hal yang identik dengan Ramadan adalah beragam panganan berbuka (takjil) yang menggugah selera. Takjil ini dijajakan hampir di setiap pasar maupun warung. Tidak jarang juga, demi memenuhi permintaan keluarga para orangtua memilih membuat beraneka panganan berbuka sendiri di rumah.

 

Menjelang waktu berbuka, aneka makanan sudah tersaji di atas meja; seolah akan kita habiskan hingga tandas. Nyatanya, setelah seharian berpuasa, hasrat untuk makan lebih banyak berkecamuk  dalam benak kita. Bahkan ada yang menyebut ini sebagai “balas dendam” karena seharian beraktivitas tanpa makanan.

 

Keinginan itu terkadang membuat kita lupa bahwa makanan yang terbeli sudah terlalu banyak. Atau makanan yang kita buat sendiri melebihi jumlah anggota keluarga. Memiliki makanan berlebih boleh saja, asalkan dapat dimanfaatkan dalam kegiatan positif seperti diniatkan untuk berbuka bersama anak yatim atau fakir miskin. Namun ketika niat awal hanya sekedar pemuasan hawa nafsu sesaat, tentu makanan ini akan terbuang percuma. Inilah pemubaziran dan pemborosan di bulan Ramadan

 

Memilih Makanan Sehat

 

Tidak jarang pula makan yang tersedia tidak sepenuhnya terjamin dari segi kesehatan. Panganan yang biasa kita beli di pasar, misalnya, tentu masih sangat diragukan higienitas dan jaminan kesehatannya. Panganan yang beredar dalam skala industri rumah tangga (home industry) biasanya cenderung menggunakan bahan pemanis buatan. Ini karena harganya jauh lebih murah ketimbang pemanis alami seperti gula.

 

Pemanis buatan membantu memberikan atau mempertajam penerimaan rasa manis. Namun, nilai gizinya sangat sedikit dan kalori yang dihasilkan pun jauh lebih rendah dibandingkan gula. Harganya memang relatif murah, namun ia memiliki banyak efek negatif jika dikonsumsi secara berlebihan. Dampak ini bisa berupa nyeri di kepala, mual, dan kerusakan syaraf otak yang lebih parah.

 

Sementara itu, aneka makanan berwarna menjadi favorit anak-anak. Bagi orangtua yang sudah membiasakan anak-anak mereka berpuasa sejak dini, tentu ini menjadi semacam “sogokan” agar si buah hati semangat dalam berpuasa. Namun, orangtua harusnya lebih jeli dalam memilih dan mengolah makanan yang sehat di rumah.

 

Makanan yang diolah pun, sejatinya tidak berlebihan. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka dengan ruthab (kurma muda) sebelum salat, jika tidak ada ruthab, maka beliau berbuka dengan kurma, jika tidak ada kurma, beliau minum dengan satu tegukan air.” (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah).

 

Hadis ini mengisyaratkan untuk tidak berlebihan dalam berbuka puasa. Mendahului membuka dengan yang manis seperti kurma. Kurma merupakan makanan yang mengandung pemanis alami karena berasal dari tumbuhan. Kurma juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Selain itu berbuka dengan kurma merupakan sunah Nabi Muhammad SAW.

 

Firman Allah SWT: “Dan makan dan minumlah kamu, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Dia tidak suka orang yang berlebih-lebihan.” (Surah Al-A’raf:31).

 

Asriatun

Mahasiswi Program Studi Ilmu Politik

Universitas Malikussaleh

(rfa)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini