JAKARTA - Bagi sebagian anak, melanjutkan pendidikan bukan perkara besar. Selalu ada dana dari orangtua yang dapat mencukupkan kebutuhan tersebut. Tapi bagi Darmanto, mampu melanjutkan pendidikan hingga ke bangku kuliah adalah mimpi yang jadi nyata.
Apalagi ketika anak seorang pembantu rumah tangga itu mampu menembus seleksi dan terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Pada salah satu kampus idaman banyak orang itu, Darmanto tercatat sebagai mahasiswa program studi Elektronika dan Instrumentasi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) program Bidik Misi.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
Sadar akan kemampuan finansial kedua orangtuanya, Darmanto sempat menyerahkan impian untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bahkan, teman-teman seangkatannya di SMK 1 Kebumen pun sempat mengolok-ngolok ketika Darmanto memutuskan memilih Program Studi Elektronika dan Instrumentasi UGM.
"Ngapa milih UGM? Tidak mungkinlah kita-kita dari SMK ini diterima, begitu kata temen-temen saya waktu itu," kenang Darmanto, seperti disitat dari situs UGM, Sabtu (26/7/2014)
Namun, nasib baik menyertainya. Warga Plarangan RT 05 RW 01 Karanganyar Kebumen itu dinyatakan diterima melalui informasi dari SMS. Merasa tidak percaya, Darmanto justru menyangka SMS itu berasal dari teman-teman yang ingin berbuat usil.
"Gimana tidak ragu? Karena kejadian kakak kelas tahun kemarin seperti itu. Dikabarkan diterima ternyata tidak. Tapi begitu saya melihat sendiri di web, Alhamdullilah, saya diterima," urainya.
Kabar bahagia itu ternyata tidak hanya menjadi miliki Darmanto dan keluarga. Teman-teman dan guru-guru SMK 1 Kebumen pun turut bangga atas prestasinya. Bagaimana tidak? Darmanto akhirnya tercatat sebagai lulusan SMK 1 Kebumen pertama yang berhasil menembus kuliah di UGM untuk program sarjana.
"Menjadi yang pertama (diterima program sarjana UGM). Meski sebelumnya memang ada kakak kelas saya yang tembus di UGM namun di program diploma Sekolah Vokasi", tutur pemuda kelahiran Kebumen 9 November 1995 itu.
Ibu Darmanto, yakni Jaitunah merasa senang melihat anaknya diterima kuliah di UGM. Jaitunah mengaku masih sukar percaya bahwa sang anak yang ditinggal ayahnya sejak duduk di bangku SMP bisa melanjutkan sekolah.
"Bapaknya, Labolaha, hanya sopir truk. Meninggal saat Darmanto di kelas 2 SMP. Untungnya dia selalu dapat beasiswa jadi bisa melanjutkan. Waktu di kelas X dapat beasiswa dari Bantuan Kurang Mampu (BKM) Rp100 ribu untuk SPP. Di kelas XI dari Supersemar Rp120 ribu, juga untuk SPP," kata Jaitunah.
(mrg)
