Share

Menkeu: Tak Perlu Takut Akan Pasar Bebas

Kurniasih Miftakhul Jannah , Okezone · Senin 28 Juli 2014 16:14 WIB
https: img.okezone.com content 2014 07 28 20 1018877 Fg5BLOyCcs.jpg Menteri Keuangan M Chatib Basri. (Foto: Okezone)
A A A

JAKARTA - Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau pasar bebas akan dilangsungkan pada 2015. Namun, beberapa sektor perdagangan dianggap belum mampu bersaing pada pasar bebas Asia tersebut.

Meski demikian, Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan bahwa pasar bebas bukanlah sebuah momen yang harus ditakuti oleh Indonesia. Pasalnya, secara tidak sadar sudah banyak barang-barang impor yang masuk ke Indonesia.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Saya tidak khawatir akan MEA, karena kalau saya lihat barang-barangnya sudah lama masuk ke sini, nanti hanya tinggal ceremoninya saja," ungkap dia di kawasan Widya Candra, Jakarta, Senin (28/7/2014).

Menurutnya, yang seharusnya diperhatikan adalah cara pandang dalam melihat MEA 2015. Dia menjelaskan, tidak ada negara yang hanya melakukan ekspor. "Nanti enggak ada perdagangan, pasti ada impor. Kalau barang di dalam domestik kurang, kita impor kalau lebih kita ekspor, itu fenomena yang biasa," jelas dia.

Dia menambahkan, saat ini yang terpenting adalah bagaimana Indonesia menjadi pemain regional. Menurutnya, pengalaman ini terlihat saat dia masih berada pada Semen Gresik.

"Waktu saya di Semen Gresik, kita lihat permintaan semen setahun tumbuh 15 persen, produksi cuma tumbuh 7 persen. Berarti sisanya impor. Dari pada impor dari perusahaan orang, lebih baik beli perusahaan di luar negeri. Jadi, ketika impor,itu dari perusahaan kita sendiri," jelas dia.

Chatib melihat, saat ini Indonesia memiliki potensi pasar yang paling besar di antara negara ASEAN lainnya. Pasar di Indonesia dikatakan mencapai 50 persen dari negara ASEAN.

"Tapi banyak hal yang bisa kita manfaatin. Misalnya dalam bank, kita minta resiprokal, tenaga kerja kita banyak, mereka kirim remintansi pakai Western Union, harus dilihat yang seperti itu," tukas dia.

(mrt)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini