Share

Menakar Keuntungan Berinvestasi Saham

Jum'at 01 Agustus 2014 18:51 WIB
https: img.okezone.com content 2014 08 01 226 1019316 F979pZAbXF.jpg Ilustrasi IHSG. (Foto: Okezone)
A A A

Seperti pembahasan-pembahasan sebelumnya, investasi menjadi kata yang penting untuk setiap orang. Banyak orang yang sebetulnya sudah menyadari pentingnya investasi untuk menjaga nilai aset yang dimiliki agar tak tergerus inflasi.

Namun, investasi ini telah menjadi kata yang sangat penting tetapi sulit dilaksanakan. Banyak orang yang menunda berinvestasi dengan alasan uangnya belum cukup, walaupun sudah banyak pula informasi mengenai pilihan investasi dengan nilai uang yang relatif terjangkau.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Pada umumnya, masyarakat lebih banyak mengingat faktor risiko dari investasi, sehingga takut melakukannya. Perlu diingat kembali, semua jenis investasi memiliki risiko.

Apakah investasi langsung, misalnya dengan membuka toko, membangun pabrik atau investasi properti dengan membeli tanah atau rumah, tak terkecuali berinvestasi di pasar modal, semua ada risikonya. Karena risiko investasi yang tinggi, terutama di instrumen saham, kata kunci yang selalu harus diingat adalah adalah jangka waktu investasi yang panjang. 

Pertanyaan yang paling sering ditanyakan seputar berinvestasi adalah seberapa besar imbal hasil yang bisa didapatkan dengan berinvestasi di pasar modal Indonesia dan apakah investasi tersebut layak?

Jika melihat dari data historis pasar saham Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) yang pertama kali dihitung  pada tanggal 10 Agustus 1982, dibandingkan IHSG BEI 30 Desember 2013,  sudah tercatat membukukan imbal hasil sebesar 4,273 persen atau setara dengan 142 persen per tahun.

Hasil investasi tersebut memang sangat tinggi. Namun, memang ada tahun-tahun di mana IHSG BEI mengalami fluktuasi dan terkoreksi. Sehingga bisa disebut, pasar saham adalah pasar yang sarat akan volatilitas dan rentang imbal hasil yang lebar.

Dengan volatilitas dan ketidakpastian pasar saham, mengapa investor masih mau berinvestasi di pasar saham? Jika dibandingkan dengan produk keuangan lainnya seperti efek pasar uang (tabungan dan deposito)  serta obligasi, saham memiliki kinerja yang terunggul.

Saham bisa menjadi bagian dari rencana investasi jangka panjang. Berbeda dengan di tabungan, dengan tingkat imbal hasil yang rendah, maka dana tersebut dapat dikatakan berkurang setiap harinya. Jika dana tersebut tidak bertumbuh sama dengan atau lebih tinggi dari tingkat inflasi, maka dana tersebut akan tergerus inflasi.

Di pasar modal, investasi jangka panjang secara historis memberikan keuntungan lebih besar, karena turunnya harga-harga saham di pasar secara historis berlangsung relatif singkat. Sementara kenaikan harga-harga saham, biasanya diawali dengan lonjakan tajam dan berlangsung cukup lama.

Satu hal yang perlu diingat, yang dinamakan krisis itu pasti tidak berlangsung lama. Krisis selalu diiringi dengan upaya untuk memperbaiki keadaan karena tidak ada seorangpun  yang ingin berlama-lama berada dalam situasi krisis. Semua pihak akan melakukan berbagai cara  keluar dari keterpurukan.

Dalam sebuah riset yang menghitung pergerakan IHSG sejak Januari 1997 sampai Februari 2012, atau selama  15 tahun, ternyata  periode dengan imbal hasil negatif berlangsung lebih singkat dari periode dengan imbal hasil positif. Selain itu, jumlah periode dengan imbal hasil positif juga lebih banyak daripada periode dengan imbal hasil  negatif.

Ternyata hanya ada lima tahun yang membukukan imbal hasil negatif, sementara 10 tahun lainnya positif. Jadi sebenarnya investor punya cukup waktu untuk menutupi kerugiannya ketika pasar mengalami kejatuhan,  dan bahkan membukukan keuntungan selama pasar dalam kondisi naik (bullish).

(mrt)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini