JAKARTA- Jenderal di Polri lulusan Akpol 81 disinyalir terlibat perang dingin dengan Akpol 83. Perang dingin tersebut yang merupakan terburuk dari konflik yang pernah terjadi di internal Polri sebelumnya, karena diwarnai aksi ganjal mengganjal.
LSM Indonesian Police Watch (IPW) menyayangkan terjadinya perang dingin antar elite Polri tersebut. "Buah dari perang dingin ini terlihat dari penyusunan perwira yang akan dimutasi dalam waktu dekat ini," kata Ketua Presidium IPW, Neta S Pane dalam siaran pers tertulis kepada Okezone, Rabu (20/8/2014).
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
Dia mengatakan, sejumlah perwira Akpol 81 disusun akan menempati berbagai posisi strategis. Padahal, lanjut dia, sebagian dari mereka akan pensiun dalam waktu empat atau enam bulan ke depan.
"Bahkan ada bintang satu yang bermasalah di tempat tugasnya, kemudian dicopot akan menempati posisi strategis bintang dua. Lalu ada kapolda yang baru tiga bulan menjabat akan menduduki posisi bintang tiga," cetusnya.
Menurut Neta, penyusunan mutasi kali ini mendapat cibiran dari sejumlah perwira tinggi (pati) Polri. "Mereka (pati Polri) menganggap mutasi kali ini sebagai "panen raya" Akpol 81, terutama bagi yang akan pensiun," ujar Neta.
Masih kata Neta, posisi yang akan dipegang Akpol 81 antara lain Kapolda Kaltim, Wakabareskrim, Deputi SDM, dan Kabaintelkam. Sementara yang akan dimutasi adalah Gubernur Akpol, Kapolda Sumut, Kapolda Jatim, Kapolda Metro, Kapolda Riau, dan Kakorlantas Polri.
IPW berharap Presiden SBY segera mencermati rencana mutasi tersebut agar tidak menimbulkan konflik berkepanjangan di internal Polri.
"SBY perlu mengingatkan Kapolri dan Wakapolri tidak terlalu memaksakan pati-pati yg mau pensiun diberi hadiah jabatan strategis," pungkasnya.
(trk)