IMUNISASI masih dinilai paling efektif dalam mencegah bayi sakit, cacat, bahkan kematian. Namun sayang, masih ada isu bahwa imunisasi tidak ada gunanya.
Isu tersebut muncul lantaran setelah bayi diimunisasi, mereka masih bisa terserang penyakit. Menurut Sekretaris Satgas Imunisasi PP-IDAI dan Ahli Tumbuh Kembang Anak dari FKUI-RSCM, Dr Soedjatmiko, Spa (K), Msi, di dunia ini memang tidak ada yang benar-benar 100 persen menyembuhkan penyakit.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya
"Imunisasi terbukti dapat melindungi 85 sampai 95 persen. Apa artinya? di dunia ini tidak ada yang bisa menyembuhkan 100 persen. Tetapi, imunisasi mengurangi risiko jauh lebih besar dibandingkan jika tidak diimunisasi," katanya di Gedung Dewan Pers, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Selain itu, risiko anak yang tidak diimunisasi akan jauh lebih besar terhadap penyakit. Mulai dari sakit berat hingga menyebabkan kematian. (Baca: Kontroversi Aborsi, Menkes: Dokter Harus Ikut Undang-Undang)
"Sedangkan anak yang telah diimunisasi, kemungkinan jauh lebih kecil, sekitar 5 persen. Jadi, tidak betul imunisasi melindungi 100 persen, tidak bisa dibilang imunisasi gagal," tegasnya.
Dr Soedjatmiko mencontohkan anak yang pernah disuntik campak. Bila suatu waktu anak tersebut terserang penyakit campak, maka akan hanya sedikit demam, tetapi tiga hari kemudian sembuh.
"Sedangkan anak yang belum diimunisasi campak, ketika datang ke RSCM itu sakitnya berat, seluruh badanya merah semua, batuk-batuk hebat, tidak mau makan, dan diare," tambahnya.
“Jadi, ini untuk menjawab isu bahwa imunisasi tidak ada gunanya karena masih bisa terkena penyakit. Memang betul masih bisa terkena penyakit, tetapi jauh lebih ringan. Buktinya apa? Semua negara dengan gizi baik tetap melakukan imunisasi," tutupnya.
(fik)