JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menyatakan, sistem kitir atau penjatahan alokasi Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi hanya mampu mengubah pola pengonsumsian masyarakat ke BBM nonsubsidi sebesar 10 persen.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan, penerapan kebijakan tersebut ditujukan sebagai masyarakat lebih dapat memilih untuk menggunakan BBM nonsubsidi ketimbang menggunakan BBM subsidi.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
"Pengkitiran bisa tekan premium harian sekitar 4.000-4.500 kl per hari. Tapi penambahan non-PSO pertamax serie sekitar 480 kl per hari. Artinya yang begeser dari konsumen PSO dan non-PSO hanya sekitar 10 persen, yang lainnya dibelain ngantre, bermalam," kata Hanung di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (27/8/2014).
Sebelum diterapkannya sistem pengitiran, terjadi antrean panjang di setiap SPBU di beberapa wilayah di Indonesia. Antrean tersebut merupakan sikap dari masyarakat yang termakan oleh isu kelangkaan BBM subsidi.
"Kelangkaan tidak ada. Yang terjadi konsumen tidak rela untuk bergeser ke BBM nonsubsidi," tambahnya.
Meski demikian, Hanung mengklaim bahwa pengendalian BBM subsidi di beberapa wilayah sudah berjalan dan mampu diterima oleh masyarakat.
"Kalau dilihat di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Papua, solar habis jam empat, kalau mereka mau beli non-PSO, beli saat itu. Kalau enggak tunggu besok," tutupnya.
(wdi)