Share

Sains dan Teknologi Bangun Daya Saing Bangsa

Rachmad Faisal Harahap , Okezone · Rabu 27 Agustus 2014 16:03 WIB
https: img.okezone.com content 2014 08 27 373 1030490 VRXDaxdlmJ.jpg Sains dan Teknologi Bangun Daya Saing Bangsa (Foto: dok. okezone)
A A A

JAKARTA - Yang namanya pendidikan itu penting, termasuk di semua bidang. Seperti misalnya dalam membangun daya saing bangsa Indonesia bahwa semua bidang penting termasuk sains dan teknologi.

Menurut Rektor Universitas Trilogi Prof. Dr. Asep Saefuddin, pendidikan yang paling tepat untuk membangun daya saing bangsa adalah sains dan teknologi walaupun semua pendidikan di berbagai bidang juga penting. Apalagi ditambah Prof. Asep diusulkan sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) oleh Rektor Surya University Prof. Yohanes Surya pada kabinet Jokowi-JK.

Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Sebagai orang yang berkecimpung di dunia pendidikan tinggi. Kedua Rektor tersebut memang dikenal mempunyai keinginan agar bangsa Indonesia dapat membangun dengan kekuatan sains dan teknologi. Karena di sinilah letaknya kreasi nilai yang dapat melipatgandakan nilai suatu produk.

Sains dan teknologi bisa membangun daya saing bangsa, sehingga negara menjadi kokoh dan terhormat. Sumber daya alam (SDA) tanpa sentuhan teknologi selain tidak memberikan nilai tambah yang tinggi, juga tidak dapat lestari.

Prof. Asep yang juga sebagai Ketua Komisi Penasehat pada Yayasan Inovasi Teknologi itu memandang bahwa konsep tersebut sangat berkaitan dengan upaya perbaikan agar lebih efisien dan efektif, tidak berbelit-belit.

"Para saintis, peneliti, dan dosen harus diberi keleluasan untuk berinovasi, berkreasi, fokus meneliti dan mencari solusi. Mereka jangan terlalu diberi beban laporan administrasi yang berat. Semua manajemen diserahkan secara profesional kepada unit-unit administrasi," ujar Prof. Asep, seperti keterangan tertulis yang diterima Okezone, Rabu (27/8/2014).

Prof. Asep melanjutkan, output para saintis adalah konsep dan model pelaksanaannya di masyarakat, kekayaan intelektual yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat pengguna, ide atau pemikiran yang dituangkan dalam jurnal-jurnal, kebijakan, serta naskah akademik lainnya yang berbobot. Kultur akademik di universitas harus dominan, bukan kultur birokrasi.

"Sebaiknya pendidikan dasar menengah berfokus pada pembangunan karakter siswa dengan keterampilan ilmu-ilmu terapan. Adapun pendidikan tinggi harus bersentuhan langsung dengan sistem inovasi nasional, yaitu ilmu pengetahuan, riset, dan teknologi sesuai dengan kebutuhan masyarakat," ucapnya.

Sehingga, lanjut Ketua Dewan Penasehat Center for Regional Resource Development and Community Empowerment (CRESCENT) itu, perguruan tinggi harus bersinergi dengan industri, lembaga riset kementerian, lembaga riset non kementerian, pemerintah provinsi/kabupaten/kota, dan masyarakat di lapisan bawah. Jadi, sistem inovasi nasional ini juga menyangkut pemberdayaan kelembagaan riset, pemerintah daerah (Pemda), perguruan tinggi, dan industri-industri di daerah.

“Sinergitas daerah-nasional dan antar kelembagaan riset dan perguruan tinggi ini sebaiknya ditangani oleh satu kementerian. Artinya, pendidikan tinggi (Dikti) dan Ristek digabung menjadi Kementerian Pendididikan Tinggi, Inovasi, dan Teknologi,” ungkapnya.

Ide-ide ini disampaikannya tidak lain karena Beliau sangat berharap dunia sains dan teknologi dapat menjadi faktor pendorong dan penarik kemajuan. Baginya, keunggulan komparatif berbasis sumber daya alam (SDA) merupakan anugerah yang harus dilipatgandakan manfaatnya melalui sains dan teknologi.

“Teknologi itulah yang bisa mendongkrak nilai tambah SDA secara vertikal berlipat-lipat. Itu bisa tidak terbatas, sedangkan kalau pendekatannya SDA itu horizontal pasti terbatas dan tidak lestari. Dengan sains dan teknologi, kita mempunyai distinctive advantage. Selain itu, kekuatan sains dan teknologi yang menjaga dignity bangsa, menjadi bangsa terhormat, tidak dilecehkan bangsa lain.” tutur Vice President Islamic Country Society of Statistical Science itu. (fsl)

(rhs)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini