JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memaparkan bahwa akses likuiditas bank syariah saat ini lebih banyak ditempatkan di luar negeri. Hal itu dikarenakan instrumen syariah yang ada di Indonesia masih sedikit, masih kalah jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia.
"Akses bank konvensional sebesar Rp270 triliun, sementara bank syariah hanya Rp16 triliun. Berarti memang kue-nya masih kecil. Tapi bukan berarti tidak bisa tumbuh," ungkap Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (27/8/2014)
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
Menanggapi hal itu, BI menerbitkan instrumen bagi bank syariah, seperti SBI Syariah, Fasbi Syariah, dan termasuk funding valas meski tidak semua bisa disalurkan untuk kredit.
Dan belum lama ini BI juga menerbitkan Term Deposit Valas Syariah (TD Valas). "Aset perbankan syariah di Indonesia saat ini masih kalah jika dibandingkan perbankan konvensional. Bank syariah juga belum mencapai target aset di atas 5 persen terhadap total aset industri," jelasnya.
Meskipun demikian, Mirza optimistis industri perbankan syariah Indonesia masih akan tumbuh lebih besar. Namun hal itu tergantung perbankan mengembangkan instrumen pendanaannya.
"Pasti bisa tumbuh. Tapi itu tergantung bagaimana perbankan syariah bisa menerbitkan instrumen-instrumen pendanaan," tukas dia.
(rzy)