NUSA DUA – Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa merespons sebuah artikel yang terdapat di media Australia, Sydney Morning Herald (SMH). Dalam artikel tersebut ditulis penandatanganan tata perilaku hubungan RI-Australia (CoC) adalah kemenangan bagi Australia.
"Kemenangan apa? Kalau ingin menang ya sudah menang saja terus. Kalau yang gini dianggap kemenangan ya syukur Alhamdulillah. Lihat saja isinya," sebut Marty kepada Okezone, di Nusa Dua, Bali, Jumat (29/8/2014).
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
"Saya kira enggak usah ngomongin kemenangan-kekalahan. Sekarang kita sudah dapat kesepakatan, yang melakukan penyadapan siapa selama ini?" tegasnya.
Ucapan Marty mengacu pada isi CoC. Dalam CoC tersebut tertulis bahwa kedua negara tidak akan menggunakan intelijen, termasuk dalam kapasitas melakukan penyadapan.
"Kalau mereka anggap itu sebagai kemenangan, silakan aja bermimpi seperti begitu," tambah dia.
Sebagaimana diinformasikan, SMH mengeluarkan tajuk analisis yang berjudul "Australia wins the spy war with Indonesia". Meskipun Indonesia dan Australia sudah menandatangani tata perilaku di Bali, SMH menilai hal ini adalah kemenangan bagi Australia.
Menurut analisis yang ditulis oleh Michael Bachelard itu, kesepakatan yang ada tidak akan menang melawan perjanjian yang dimiliki oleh Australia dalam kerangka "Five Eyes".
Kerangka "Five Eyes" itu merupakan bentuk kerjasama intelijen antara Australia, Amerika Serikat (AS), Inggris, Selandia Baru dan Kanada. Atas dasar kerangka ini lah, penyadapan telepon Presiden SBY dilakukan.
(faj)