Share

"Kita Tidak Mau Mendidik yang Salah Demi Bisnis"

Martin Bagya Kertiyasa , Okezone · Minggu 31 Agustus 2014 06:03 WIB
https: img.okezone.com content 2014 08 30 22 1032093 atGwZcTcSv.jpg Direktur & VP Pemasaran PT Kao Musa Chandra
A A A

PERSAINGAN di segala bidang memang memaksa produsen untuk terus menciptakan inovasi. Tapi, tidak jarang juga banyak terjadi persaingan tidak sehat, seperti menjual produknya dengan harga yang rendah atau lewat iklan di media.

Bagi beberapa perusahaan besar, tentu saja tidak ingin mengecewakan konsumen dengan memberikan produk yang memiliki kualitas rendah. Oleh karenanya, perusahaan-perusahaan tersebut harus mencari jati dirinya, agar mempunyai nilai tambah di masyarakat.

Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Adalah tugas darii Direktur dan VP Pemasaran PT Kao Musa Chandra, untuk menunjukkan bahwa perusahaannya mempunyai jati diri di antara produk-produk serupa yang ada di pasaran.

"Sekarang memang banyak persaingan tidak sehat, tapi gimana kita menempatkan KAO itu sebagai apa? Sebagai yang punya kualitas. Lalu jati dirinya sebagai apa? Integritas," jelas dia kepada Okezone belum lama ini.

"Jadi kalau hanya berpatokan pada uang saja, rusak dong. Indonesia ini kan sudah hampir rusak karena uang, hampir terpengaruh gaya kapitalis. Kita perusahaan Jepang yang kepemilikannya 50-50, jadi harus mengindonesiakan produknya," tambah dia.

Menurutnya, saat ini persaingan dalam industri yang digelutinya sangat kompetitif. Menurut dia, pada prinsipnya Kao masuk pasar di Indonesia dengan berbagai pertimbangan. Pertama, yakni untuk berkontribusi sebagai good cooperate citizen.

Musa melanjutkan, di Indonesia perbedaan kelas tidak bisa diukur dari pendapatan, oleh karena itu, kategori tersebut diukur lewat belanjanya. Dia menjelaskan, jika C2 diukur dari pengeluarannya maka akan berada Rp1,5-Rp2 juta.

Sementara jika golongan C1 itu sebesar Rp1-Rp1,5 juta, golonga B sebesar Rp2-Rp3 juta, dan golongan A berada di kisaran Rp3-Rp4,5 juta, sedangkan jika pengeluaran per bulan ada di atas angka tersebut, maka akan masuk A+.

"Kita mau menunjukkan KAO sebagai apa. Jadi kalau orang bilang KAO produknya mahal, kita memang sasarnya selama 20 tahunan ini kan memang golongan A dan B. Nah kita mau isi C1-C2, tapi jangan lupa corporate KAO nya itu apa, yang kita ingin capai di samping itu mahal, itu adalah kualitas,"

"Nah kalau dengar KAO dari segi produk, itu pasti kualitas. Jadi KAO produknya bagus, itu yang kita tekankan ke semua divisi," jelas dia.

Yang kedua, lanjut dia, KAO ingin menjadi perusahaan yang mempunyai knowledge, baik dari segi produk maupun dari segi sumber daya manusianya. Karenanya, dia pun memberikan pengetahuan tambahan pada para penjualnya, agar para penjual memiliki edit valaue. 

"Misalkan, cara mendeskripsikan produk, jadi tidak hanya punya duit, saya sewa, lalu saya punya untung besar. Tapi kita lihat Shopper, kamu siapa, dan setiap produk itu di take off berapa sih banyaknya," jelas dia.

Selain itu, dia mengatakan untuk melakukan penetrasi pasar maka Kao memang memasang iklan di berbagai media. Namun, dalam iklan tersebut dia enggan memakai talent dengan nama besar.

"Karena poin bagi kita dia pakai (produk Kao) enggak? Iklan ini kan pendidikan, kalau kita mendidik yang salah demi bisnis ini kan tidak boleh. Jadi kembali ke integritas," katanya.

"Jadi sebarnya kita punya banyak pakem, itu yang membedakan. Jadi perusahaan ini bukan mencari omzet yang besar, tapi mencari bisnis dengan jalan yang benar, sehingga karyawannya juga punya kebanggaan. Jadi tujuannya orang yang bekerja bisa bangga kerja di KAO," tukas dia.

(mrt)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini