Share

Kualitas Perawat di Indonesia Masih Kurang

Helmi Ade Saputra, Jurnalis · Sabtu 30 Agustus 2014 13:25 WIB
$detail['images_title']
Kualitas Perawat di Indonesia Masih Kurang (Foto: Dok Okezone)

INDONESIA mengirimkan tenaga perawat Jepang dengan mekanisme G to G yang tertuang dalam Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA). Namun di satu sisi, Indonesia masih menghadapi persoalan distribusi perawat yang belum merata.  

Lalu, mengapa kebijakan tersebut dilaksanakan? Menurut Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, PhD, Indonesia lebih baik mengirimkan tenaga terlatih, terdidik dan profesional dibandingkan Tenaga Kerja Wanita (TKW).

 

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Istilahnya yang dikirim ke luar negeri itu dibutuhkan untuk mengangkat nama bangsa," ujarnya di Gedung Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat 29 Agustus 2014.

 

Meski demikian, Ali Ghufron menjelaskan bahwa bila persoalan perawat yang terjadi di dalam negeri bukanlah tentang jumlah, melainkan kualitas dan distribusi. Sehingga, dalam persoalan tersebut penyelesaiannya tentu sangat berbeda.

 

"Dalam negeri, saya kira ini menjadi masalah tetapi bukan soal jumlah, khusus perawat dan bidan, melainkan kualitas dan distribusi, kalau itu penyelesaiannya lain," tuturnya.

 

Lalu, bagaimana penyelesaian masalah distribusi tenaga perawat di Indonesia? Menurut Ali Ghufron, menyelesaikan masalah distribusi tenaga perawat harus seoptimal mungkin menggunakan orang-orang setempat yang juga sudah mengenal budayanya.

 

"Jadi, bagaimana kita seoptimal mungkin menggunakan orang lokal atau setempat dan dia sudah mengetahui budayanya. Kemudian kita bekerja sama dengan semua pihak termasuk swasta," tutupnya

(fik)