Share

Rumah Kayu Tahan Gempa dari Kapal Bekas

Bramantyo , Okezone · Senin 01 September 2014 21:15 WIB
https: img.okezone.com content 2014 09 01 372 1032733 KIcsc3P3In.jpg Rumah kayu tahan gempa yang terbuat dari sisa kayu perahu bekas hasil karya cipta mahasiswa UNS (Foto: dok. UNS)
A A A

SOLO - Kayu bekas biasanya dipandang sebelah mata dan hanya dianggap limbah. Tapi di tangan tiga mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo, ini, kayu bekas kapal menjadi bahan baku pembuat rumah tahan gempa.

Rumah buatan Hikmatyar Abdul Aziz, Amalia Devitasari dan Aisyah ini dinamai Bale Ajar. Kelebihannya, tahan gempa.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Rumah yang kami buat ini mengadopsi rumah tradisional Bali. ā€ˇSeluruhnya mengadopsi arsitektur dari Bali asli," jelas Hikmatyar Abdul Aziz saat ditemui okezone, di ruang Humas, UNS Solo, Jawa Tengah, Senin (1/9/2014).

Tidak sekadar iseng membangun rumkah dari kayu bekas kapal, ketiga mahasiswa Fakultas Teknik jurusan Arsitektur UNS itu mengikutsertakan inovasi mereka dalam lomba desain rumah kayu 2014 yang digelar di Pulau Bali. Bale Ajar mampu menyingkirkan desain dari 150 peserta lainnya dan menjadi juara. Mereka pun unggul atas tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Parahyangan (Unpar), Bandung.

Menurut Hikmatyar, saat ditunjuk mewakili UNS dalam lomba disain, mereka belum mengetahui akan membuat desain rumah seperti apa. Bahkan, dia sampai membaca peraturan lomba yang mengharuskan rumah dibangun dari kayu bekas kapal, berulang kali. Lalu, Hikmatyar dan kedua temannya sepakat merancang rumah tradisional Bali.

Model tersebut dipilih karena mereka menyukai filosofi masyarakat Bali saat membangun rumah. Hikmatyar menjelaskan, masyarakat asli Bali mengibaratkan rumah itu bagaikan tubuh manusia. Sehingga saat membangun, harus ada kaki yang kuat untuk menopang bagian tubuh dan juga kepala.

"Jadi rumah itu harus ada kaki, badan dan kepala. Seperti tubuh manusia yang ada kaki, badan dan kepala. Dengan filosofi tersebut, rumah yang didirikan akan kokoh dan mampu menjadi pengayom bagi siapa saja," terangnya.

Rumah setinggi 8,25 meter ini sangat kuat. Meski terbuat dari kayu, namun saat terjadi gempa, tetap kokoh. Kuncinya ada di konsep Knock Down yang dipakai perancangnya.

Tak hanya itu, Bale Ajar juga tidak pelit dalam penggunaan kayu. Hikmatyar dan timnya menggunakan kayu sesuai bentuknya; dipakai secara utuh dan tidak dipotong-potong. Sedangkan tim lain seperti dari ITB dan Unpar terlalu mengintervensi kayu.

Saat ini, Bale Ajar mulai dibangun di Desa Bengkala, Bali. Hikmatyar mengaku belum mengetahui berapa harga jual rumah kayu tahan gempa tersebut. Untuk menetapkan harga, mereka harus melihat harga perahu yang sudah tak terpakai yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan rumah.

(rfa)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini