Share

Jakarta Aman, Jatah BBM Bersubsidi Lebih Banyak

Dani Jumadil Akhir , Okezone · Selasa 02 September 2014 10:37 WIB
https: img.okezone.com content 2014 09 02 19 1033017 teUMAhnOJX.jpg BBM bersubsidi tidak langka di Jakarta. (Ilustrasi foto: Okezone)
A A A

JAKARTA – Tingginya jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta membuat alokasi bahan bakar minyak (BBM) di wilayah tersebut menjadi yang terbesar. Oleh karena itu, ketika Pertamina membatasi pembelian maka kuota BBM di Jakarta masih tetap stabil.

Pengamat energi, Sofyano Zakaria, menjelaskan bahwa ketika terjadi permasalahan dengan adanya antrean BBM di daerah-daerah lain akan memancing pendapat terbuka dari beberapa petinggi di negeri ini. Sayangnya, mereka justru mengkritik dan nyaris menyudutkan kinerja distribusi BBM bersubsidi yang dilakukan Pertamina.

Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

"Pendapat petinggi-petinggi itu terkesan sebagai sikap buang badan dari keterkaitannya dengan kebijakan pemerintah itu sendiri," kata dia dalam keterangannya, di Jakarta, Selasa (2/9/2014).

Sofyano menambahkan, hal yang harus dipertanyakan adalah kenapa pemerintah setelah menetapkan besaran kuota BBM bersubsidi pada APBN 2014 sebesar 48 juta kiloliter (kl) malah direvisi menjadi 46 juta kl pada APBN-Perubahan. Padahal, kuota tersebut belum tentu cukup.

"Ini membuktikan ke publik bahwa pemerintah tidak mampu menghitung volume BBM bersubsidi yang dibutuhkan masyarakat dengan benar dan akurat, sehingga harus mengoreksi kuota yang telah disusun dan ditetapkan pemerintah itu sendiri," paparnya.

Dia menambahkan, jika pemerintah menghitung dengan benar besaran kuota yang ditetapkan dalam APBN-Perubahan sebesar 46 juta kl di pertengahan 2014, pemerintah harus memaksakan untuk melakukan pengendalian BBM bersubsidi.

"Ketidakmampuan pemerintah dalam menghitung besaran kuota akan lebih bisa dibuktikan publik, jika nantinya pada November dan Desember 2014 ternyata realisasi kebutuhan BBM bersubsidi akan di atas kuota 46 juta kl tersebut. Kita tunggu dan lihat saja nanti," pungkasnya.

(mrt)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini