SURABAYA - Kontroversi tema Orientasi Studi Cinta Akademik dan Almamater (Oscaar) bagi mahasiswa baru (maba) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya membuat banyak pihak bereaksi. Kali ini giliran panitia ospek angkat suara.
Baca: Ospek UIN Sunan Ampel Menuai Kontroversi
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
Menurut Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel, Rahmat, tema "Tuhan Membusuk; Rekonstruksi Fundamentalisme Menuju Islam Kosmopolitan" tidak merujuk pada Tuhan Yang Maha Esa, melainkan Tuhan-Tuhan yang ada dalam diri manusia. Rahmat menjelaskan, "Tuhan Membusuk" ini adalah tuhan dalam diri manusia yang tanpa sadar menimbulkan kemusyrikan (musyrik mutasyabihat). Lagi pula, panitia juga membubuhi sub tema yakni "Re-Konstruksi Fundamentalisme menuju Islam Kosmopolitan."
"Masalah ini sudah selesai seiring selesainya masa Oscaar di kampus. Kami telah menggelar evaluasi dengan dekan kampus. Tapi enggak apa-apalah, ini juga sebagai klarifikasi soal tema tersebut," kata Rahmat, Selasa (2/9/2014).
Baca: Ospek "Tuhan Membusuk", Rektor UIN Surabaya Minta Maaf
Mahasiswa semester VII menjelaskan, tema "Tuhan Membusuk" diambil sebagai tanggapan atas berbagai fenomena terkini. Rahmat menilai, banyak yang mengatasnamakan Tuhan untuk kepentingan politik.
"Tema yang diambil ini memang sangat ngeri karena bisa memunculkan penafsiran yang luar biasa di luar nalar," imbuhnya.
Baca: Tema Ospek Kontroversial, Sudah Biasa Tuh
Hal senada dikatakan Staf Dema Fakultas UIN Sunan Ampel, Hidayat. Dia menegaskan lagi, Tuhan itu tidak pernah mati atau rusak seperti manusia. Karena Tuhan ini memiliki kekekalan yang abadi. Konsep Tuhan Membusuk yang mereka ajukan adalah kebenaran-kebenaran yang lahir dalam diri manusia dan kemudian menjelma menjadi Sang Pengadil atas nama kebenaran dari manusia itu.
Pengadil sejati, kata Hidayat, adalah Tuhan Dzat Yang Maha Esa. Namun, manusia juga memiliki sifat-sifat ketuhanan yang kemudian menjadikan mereka seperti orang yang paling benar. Sayangnya, kebenaran yang lahir dalam diri manusia menjadi disakralkan untuk kepentingan-kepentingan politik.
"Manusia memang memiliki sifat-sifat Tuhan seperti sombong. Karena sombong adalah sifat Tuhan ini yang kemudian, secara pribadi saya mengartikan musyrik mutasyabihat, kemusyrikan yang lahir tanpa disadari," paparnya.
Baca: Ospek untuk Perkenalan Kampus, Bukan Tebar Ideologi
Sebagai bentuk penyelesaian masalah, panitia Oscaar pun membakar spanduk bertuliskan tema kontroversial itu. "Pembakaran spanduk Tuhan Membusuk adalah simbol penghancuran atas kebenaran manusia yang menjelma menjadi Tuhan tanpa disadari oleh manusia itu sendiri," imbuh Hidayat.
Baca: Tuhan Membusuk? Tanggapan atas Sebuah Pertanyaan
(rfa)