CARACAS - Presiden Venezuela Nicolas Madura mengutuk ancaman Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa kepada Rusia. Maduro minta agar negara-negara itu berhenti menganggu Rusia.
"Kami terus memperhatikan ancaman yang diarahkan kepada Rusia. Venezuela memiliki suara independen terhadap suara-suara yang melontarkan tuduhan kepada Rusia dan menggunakan berbagai cara untuk memicu perang," ujar Maduro, seperti dikutip FNA, Selasa (2/9/2014).
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
"Dunia barat terus menyuarakan ancaman terhadap Rusia dan di saat yang sama mereka menuduh Rusia mengeluarkan kebijakan agresif terhadap Barat," lanjutnya.
Bagi Maduro ancaman sanksi baru terhadap Rusia adalah bentuk upaya menghalau Negeri Beruang Merah. Suksesor Hugo Chavez tersebut melihat tindakan Barat seperti hendak memberikan pesan kepada China dan negara BRICS lainnya.
BRICS adalah asosiasi informal yang berisi Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan (Afsel). Kelompok tersebut merupakan kelompok yang biasa membahas masalah ekonomi.
Sebelumnya Deputi Kepala Dewan Penasihat Keamanan Rusia, Mikhail Popov mengungkapkan, Moskow akan meninjau strategi militernya terhadap ancaman situasi hubungan dengan dunia barat. Hal ini termasuk meninjau rencana ekspansi NATO di Eropa Timur.
Popov melihat infrastruktur negara anggota NATO makin mendekati perbatasan negaranya. Hal tersebut menjadi ancaman luar bagi Rusia.
Dirinya juga menyoroti rencana AS menempatkan sistem rudalnya sebagai ancaman keamanan bagi Rusia yang juga berbahaya. Selain itu, situasi yang terjadi di Ukraina juga dianggap ancaman berbahaya untuk Rusia.
(faj)