TORONTO - Seorang arsitek kenamaan asal Jepang, Fumihiko Maki, membangun sebuah museum yang tidak biasa. Melalui perusahaan arsiteknya yang bernama Moriyama & Teshima Arsitek, ia membangun sebuah museum dengan konsep perpaduan antara dunia barat dan dunia islam.
Museum yang diberi nama Aga Khan ini dibangun di Toronto, Kanada. Museum ini dibangun sebagai dedikasi tinggi terhadap seni, intelektual peradaban muslim yang menjadi warisan dunia. Untuk pembangunan museum ini, Fumihiko menganggarkan hingga USD300 juta. Berada di lahan seluas 6,8 hektare (Ha), museum ini terintegrasi dengan situs bersejarah Ismaili Centre rancangan arsitek Charles Correa.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
"Salah satu pelajaran yang bisa kita ambil selama beberapa tahun terakhir adalah dunia islam dan dunia barat harus bekerja sama lebih efektif untuk saling toleransi, bagaimana kedua budaya ini mampu berinteraksi dan berbaur dan menjadi lebih aktif. Selain itu adalah bagaimana ke depannya museum ini menjadi pusat pendidikan dan pembelajaran," kata salah seorang perwakilan dari Aga Khan Museum yang dikutip dari Inhabitat, Rabu (17/9/2014).
Museum ini dibalut dengan bebatuan granit yang berwarna putih, sehingga memunculkan efek cahaya alami. Bangunan museum ini diibaratkan sebagai permata, yang dapat memantulkan cahaya, dan variasi warna.
Memasuki bagian dalam museum, lantai pertama gedung diisi dengan ruang galeri. Dalam ruangan ini disimpan lebih dari 1.000 karya seni dan artefak yang usianya lebih dari 10 abad. Selain itu, museum ini juga dilengkapi dengan auditorium, fasilitas pendidikan, restoran, hingga perpustakaan multimedia
(wdi)
