Share

Petani Indonesia Harus Diajarkan Melek Teknologi

Selfiani Hasanah , Okezone · Jum'at 19 September 2014 16:20 WIB
https: img.okezone.com content 2014 09 19 320 1041607 zDxxgTuzNs.jpg Ilustrasi petani. (Foto: Okezone)
A A A

JAKARTA - Kebutuhan petani masih banyak yang belum terpenuhi, terutama kebutuhan peningkatan pendidikannya. Pasalnya, pendidikan di kalangan para petani sangat penting khususnya untuk meningkatkan kualitasnya.  

Pendiri Bank Petani di Sumatera Barat, Mazril Koto, mengatakan peningkatan pengetahuan bukan hanya sekedar dari sisi budi daya atau produksinya saja, tapi bagaimana juga mendorong mereka bisa mengolahnya menjadi minimal setengah jadi.

 

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Dia mengatakan, pengetahuan terkait teknologi cara budi daya juga harus disosialisasikan, salah satunya adalah bibit. Karenanya, dia berharap pemerintah bisa memberikan teknologi untuk pengembangan bibit bagi para petani.

 

"Nah selama ini petani kita juga sudah ada yang membibit tapi kan juga masih dengan cara tradisional, kita berharap kepada pemerintah bagaimana bisa memberikan teknologi-teknologi ini," kata dia saat ditemui di Jakarta, Jumat (19/9/2014).

 

Selain itu, dia mengatakan tidak ingin mempercayakan saja pembuatan bibit dengan pihak lain. Dia khawatir petani Indonesia nantinya tidak bisa mandiri dan akan terus bergantung pada orang lain.

 

"Karena membibit itu enggak sulit-sulit amat kok, banyak petani kita yang sudah ahli membibit di padi dan di jagung. Tapi ya harus mengetahui pakai teknologi, jadi bisa mandiri dan bisa lebih berkembang petani kita," tutur dia.

 

Selain itu, dia menilai peran Badan Pengawas Statistik (BPS) sangat penting bagi para petani untuk dapat memberikan data-data konkret mengenai segala hal yang berhubungan dengan petani. Dengan demikian, para petani bisa mendapatkan gambaran terhadap calon konsumen mereka.

 

"Saya pernah suatu saat ngobrol mengenai mau jual kopi, orang itu tanya 'pak Mazril, berapa jumlah kopi anda ini? Kapan panen, kapan ini kapan itu?' Nah kita enggak punya data soal itu, kemudian juga banyak yang lain yang sangat membutuhkan data yang jelas," tutur dia.

 

Selain itu, dia melihat data-data konkret mengenai pemakaian rumah tangga petani juga penting. Sehingga, petani dapat menggunakan pupuknya dengan efisien. "Kalau dapat memang betul-betul bermanfaatlah BPS untuk itu," tutur dia.

(mrt)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini